Mohon tunggu...
Re Elhamination
Re Elhamination Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

CR7 PLAYS BALL. HANNIBAL LECTER KILLS PEOPLE. I WRITE. EVERYONE HAS A TALENT\r\n#FIAT JUSTICIA RUAT CAELUM.....:-)#\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Nama Ayah & Mantan Suami Dibawa-bawa, (Oknum) Bu Caleg?

25 Januari 2014   16:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Nama (mendiang) Ayah&Mantan Suami Dibawa2 (dalam sosialisasi&pemberitaan media), (oknum) Bu Caleg?

Kesampaian juga menulis lagi dikolom Politik Kompasiana setelah sekian lama absen, saya mencoba menelisik berita media yang memuat kunjungan sosialisasi caleg DPR-RI nomor urut 1 asal partai beringin untuk dapil DIY yang sayangnya tidak berdomisili diDIY, SHH aka TS, diGunungkidul&Kulonprogo.

Berhubung saya bukan alumnus jurusan Ilmu Sospol, pun Komunikasi, maka saya menggunakan metode paling dasar dalam menelisik sebuah berita dengan “memelototi” satu/satu pemberitaan tentang kunjungan TS untuk menemukan “sesuatu” dari berita2 yang dimuat dimedia tersebut. 2media yang menjadi rujukan saya ialah surat kabar harian Tribun Jogja(TJ)&surat kabar harian Harian Jogja(HJ), 2media yang saat ini disebut2 terlaris dijual&dibaca masyarakat DIY, dengan oplah rata2 diatas 30000exemplar/harinya.

TJ tercatat 1Xmenulis tentang kunjungan sosialisasi TS ini, yakni :

**sumber gambar : koleksi pribadi reelhamination/we r young homm!e! xklusif**

>>^Judul : (Putri Almarhum Presiden Soeharto Sebagai Caleg Blusukan ke Pasar) Titiek Nikmati the Poci Gunungkidul

^Dimuat di : hal.6 sesi Jogja Region(18/01/14)

^Topik berita : Kunjungan TS diPasar Argosari-Gunungkidul(17/01/14)

^Pewarta : Has aka IAK

HJ tercatat 3X menulis tentang kunjungan sosialisasi TS ini yaitu :

139064044274939361
139064044274939361

**sumber gambar : koleksi pribadi reelhamination/we r young homm!e! xklusif **

>>^Judul : (Kunjungan Caleg) Titiek Dapat Keluhan Pedagang

^Dimuat di : hal.13 sesi Gunungkidul(18/01/14)

^Topik berita : Kunjungan TS diPasar Argosari-Gunungkidul(17/01/14)

^Pewarta : UH

13906404981184420355
13906404981184420355

**sumber gambar : koleksi pribadi reelhamination/we r young homm!e! xklusif **

>>^Judul : (Politik Keluarga Cendana) Titiek Siap Bergerilya diDIY

^Dimuat di : hal.3 sesi Jogjapolitan(19/01/14)

^Topik berita : Kunjungan TS diPasar Sentolo Baru-Kulonprogo(18/01/14)

^Pewarta : awa aka AW

13906406131659804675
13906406131659804675

**sumber gambar : koleksi pribadi reelhamination/we r young homm!e!**

>>^Judul : Titiek Soeharto Kagumi Posdaya Sentolo

^Dimuat di : hal.8 sesi Lintas Menoreh-Kulonprogo(21/01/14)

^Topik berita : Kunjungan TS diPosdaya binangun Sejahtera Sentolo Kulonprogo(18/01/14)

^Pewarta : awa aka AW

Hasil “pelototan” saya pada 4berita yang dimuat pada ke2 media tersebut, menemukan formulasi “janggal” dalam statemen TS disosialisasi serta berita yang dimuat dimedia yakni selalu mengangkat&membawa 2nama yang memiliki keterkaitan dalam kehidupan TS, mendiang ayah HMS&mantan suami, PS.

Menurut catatan saya, ada 16 kali nama HMS disebut dalam pemberitaan tersebut yaitu :

>Pada tulisan : (Putri Almarhum Presiden Soeharto Sebagai Caleg Blusukan ke Pasar) Titiek Nikmati the Poci Gunungkidul = 6X yakni pada paragraph 1, 6, 7, 8, 9, 10.

>Pada tulisan : (Kunjungan Caleg) Titiek Dapat Keluhan Pedagang = 2X yakni pada paragraph 2, 4.

>Pada tulisan : (Politik Keluarga Cendana) Titiek Siap Bergerilya diDIY= 5X yakni pada paragraph 1, 4, 6, 7, 9.

>Pada tulisan : Titiek Soeharto Kagumi Posdaya Sentolo= 3X yakni pada paragraph 1, 5, 6.

Sementara untuk PS, disebut 3X, yakni :

>Pada tulisan : (Putri Almarhum Presiden Soeharto Sebagai Caleg Blusukan ke Pasar) Titiek Nikmati the Poci Gunungkidul = 1X yakni pada paragraph 4.

>Pada tulisan : (Kunjungan Caleg) Titiek Dapat Keluhan Pedagang = 1X yakni pada paragraph 7.

>Pada tulisan : Titiek Soeharto Kagumi Posdaya Sentolo= 1X yakni pada paragraph 5.

Penyebutan nama2 HMS&PS diletakkan secara cerdik dalam berita. Nama HMS nyaris selalu diletakkan diawal, ditengah&diakhir tuliswan. Saya mahfum saja, maklum karena tak berdomisili&jarang berinteraksi dengan masyarakat DIY, bias saja trik seperti ini digunakan untuk mengingatkan kembali warga akan akar TS yang sebenarnya memiliki darah Jogja dari ayahnya. Sedangkan PS senantiasa disebut ditengah&diakhir tulisan. Saya memaklumi, ini sebuah usaha untuk membuat banyak orang mengingat kembali bahwa TS dahulu pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan salah 1jenderal dengan karier paling cemerlang dalam sejarah TNI-AD, sebelum “dipaksa jatuh” oleh sebagian OKNUM dengan tameng keterlibatannya dalam “Tragedi mei 1998”.

Yang menjadi catatan ialah penyebutan HMS&PS selalu diikuti embel2 dibelakangnya. HMS, selalu dikaitkan dengan jasa besarnya sebagai Presiden RI selama 32 tahun. Sosialisasi TS tak ubahnya ajang nostalgia atas kepemimpinan mendiang ayahnya. Celakanya esensi sosialisasi caleg berikut program yang akan diusungnya justru hilang tertutup kebesaran nama HMS. TS, entah sengaja/tidak, terjebak dalam romantisme puji2an terhadap prestasi2 yang dicapai HMS lewat setiap pernyataan&sepertinya melupakan tugas intinya melakukan sosialisasi. PS sendiri selalu ditulis sebagai mantan suami&tokoh partai Gerindra.

Saya tak mengerti apakah memang ada sebuah konsep penggiringan opini yang dibentuk TS maupun tim suksesnya atas sepengetahuan&persetujuan TS sendiri, dalam penggunaan nama2 diatas didalam setiap pernyataan&pemberitaan tentang TS, agar ia mendapatkan keuntungan dari hal tersebut sekecil apapun itu?

Semua tentu tahu, dalam kepemimpinan kaya pencitraan namun miskin pembuktian program pro rakyat kini, membuat masyarakat merindukan figure kerakyatan HMS. TS sebagai anak tentu akan meraup untung dari kerinduan orang atas sosok semerakyat ayahnya.

Semua juga paham, PS, adalah sosok jenderal yang tegas, pendiri partai Gerindra, yang juga cukup dekat dengan petani, nelayan&pedagang pasar lewat organisasi yang dipimpinnya, basis massa yang sama yang ingin disasar TS. TS&timsesnya juga secara cerdik, kalu tak ingin dibilang licik, melakukan pembiaran saat wartawan selalu menulis bahwa ia adalah mantan istri PS. Kecerdikannya ini secara langsung/tidak member keuntungan bagi dirinya pun partainya.

Penyebutan PS sebagai mantan suami member keuntungan akan mengalirnya dukungan berdasarkan rasa iba terhadap TS. Sudah menjadi rahasia umum, diIndonesia, suami (MAAF) selalu dianggap biang keladi sebuah perceraian, walau kadang bukti dilapangan menunjukkan (MAAF) tak sedikit wanita yang berulah menyebabkan adanya perceraian tersebut.

Penjelasan pada tulisan tersebut bahwa PS merupakan tokoh partai gerindra, jelas akan member efek buruk kepartainya berikut melambungkan partai pengusung TS, maklum masyarakat bawah kadang masih skeptic terhadap pelaku perceraian. Walau masih debatable, namun trik “sekali merengkuh dayung,2-3pulau terlampaui” seperti ini lazim digunakan didunia perpolitikkan kita, bukan?

Dengan segala hormat terhadap TS, saya ingin menyampaikan pertanyaan terbuka :Mengapa Nama (mendiang) Ayah&Mantan Suami Dibawa2 (dalam sosialisasi&pemberitaan media), (oknum) Bu Caleg? ApakahTS merasa ia belum sepenuhnya memiliki kapasitas&kapabilitas sebagai caleg DPR RI sehingga harus berlindung pada nama besar almarhum ayahnya? Apakah TS juga merasa belum sepenuhnya memiliki kualitas&integritas sebagai caleg DPR RI sehingga harus mengorbankan nama&partai mantan suaminya?

Bukankah selama ini sosialisasi&pencalegannya telah memakan banyak korban? Sosialisasi pencalegan terselubungnya dengan tameng pembagian “THR Lebaran” sang paman, Prob, Agustus 2013 lalu, bukankah telah memakan korban dengan jatuh pingsan, sesak nafas&terinjak2nya puluhan orang diantara ribuan yang mengantri “angpao”tersebut?

Pencalegannya sendiri sebagai caleg DPR RI nomor urut 1 dapil DIY bukankah telah mengorbankan 2 caleg lainnya? Incumbent DPR RI, GP, Ketua DPD Golkar DIY, rela turun tahta ke caleg nomor 2, demi mengakomodasi nama TS. Sementara nama yang disebut2 akan dicalegan dinomor 3, GKRP, putrid sulung Sri Sultan HBX, memilih mencabut keikutsertaannya. Ia mungkin saja mencium peletakkannya dinomor 3 hanya sebagai “magnet massa” bagi caleg diatasnya&TS tentunya. Disamping itu, sang suami yang memilih maju sebagai caleg nomor 1 DPR RI dari partai gerindra mungkin membuatnya “ewuh pakewuh”.

Jujur, saya seorang yang agak jeri, masih agak trauma , terhadap sesuatu yang berbau dinasti politik.sama jerinya terhadap tokoh kutu loncat partai tak tahu terimakasih yang kinerjanya selalu kelihatan baik karena dibantu pencitraan massif dimedia, padahal kenyataan dilapangan bercerita lain. Harapan&ekspektasi besar terhadap nama&jasa besar orang tua/orang sekeliling, kadang jauh panggang dari api pada pembuktian oleh darah keturunannya.

Kenyataan telah banyak berbicara tentang hal ini. Saat sang ayah meneriakkan ; “go to hell with your aid!”, sang anak malah menjual BUMN2 vital hingga kapal tanker ketangan asing. Kala sang ayah berkoar ; “katakan tidak pada korupsi!” sang anak malah digunjing2kan terlibat megakorupsi.

Saya berharap semoga TS benar2 memiliki nilai positif untuk menjadi caleg DPR RI, sehingga tak perlu membawa2 nama mandiang ayah&mengembel2i nama mantan suami dalam sosialisasi serta kampanye pencalegannya. Saya berharap TS benar2 memiliki visi, misi&program yang jelas dalam mendukung pencalegannya, sesuatu yang nyaris tak mendapatkan porsi saat sosialisasi tanggal 17-18/01/2014 diGunungkidul&Kulonprogo-DIY kemarin. Sesuatu yang takkan membuat timses susah payah membungkus sosialisasi&tulisan dimedia hanya seputar keterkaitannya akan nama besar mendiang ayah&mantan suaminya. Hingga sampai kapanpun takkan ada lagi pertanyaan : Mengapa Nama (mendiang) Ayah&Mantan Suami Dibawa2 (dalam sosialisasi&pemberitaan media), (oknum) Bu Caleg?

No Hurt Feelings

R..E..S..P..E..C..T

***Maaf Sahabat Kompasianers semua, maaf dipenggalan akhir tulisan ini saya mencantumkan logo “Solidaritas untuk Udin” sebagai bentuk penghormatan terhadap Almarhum Fuad M. Syaifudin, wartawan Bernas, yang “dibunuh karena berita”, serta bentuk keprihatinan atas penyelesaian kasusnya yang gelap hingga kini walau akan memasuki masa kadaluwarsa pada agustus 2014. Pun juga merupakan pernyataan sikap pribadi saya bahwa : semangat mewartakan tak bisa dibungkam dengan materi sekalipun~bahwa kejujuran memberi informasi tak bisa dibungkam oleh kematian sekalipun

13906406531936188408
13906406531936188408

***Sumber gambar : koleksi pribadi-antitank-solidaritas wartawan untuk udin***

****Sumber Alamtambahan :

SKH Kedaulatan Rakyat-Harian Jogja-Tribun Jogja-SINDO Jateng-DIY-JawaPos Radar Jogja edisi 17/01/2014-22/01/2014****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun