Mohon tunggu...
Re Elhamination
Re Elhamination Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

CR7 PLAYS BALL. HANNIBAL LECTER KILLS PEOPLE. I WRITE. EVERYONE HAS A TALENT\r\n#FIAT JUSTICIA RUAT CAELUM.....:-)#\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

31/08/1998:Remember the Day!

30 Agustus 2014   18:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:05 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

31/08/1998:Remember the Day!

** siapa DALANGnya?? ~ sumber foto : okezone.com-inilah.com-tempo.co-bolanews.com-rendy ramadhan.blogspot.com ~ grafis : rlhmtn4wryhxclusive**

“Tak ada aturan yang melarang sebuah tim sepakbola untuk kalah. Saya yakin tak aka nada teguran baik dari AFF maupun AFC karena hal ini”(AA, Ketum PSSI-1998).

Nyaris 3bulan setelah hari2 yang kelam dibulan Mei, TIMNAS PSSI bersiap menuju ajang Piala Tiger jilid II, awal mula Piala AFF, diVietnam, 27Agustus-5September 1998. TIMNAS PSSI mengawali langkah dengan penuh kontroversi. Gerbong PERSEBAYA yang memenuhiTIMNAS, dari pelatih hingga mayoritas pemain, diprotes OKNUM tertentu. Belum tuntas masalah PERSEBAYA-nisasi, muncul lagi polemic penunjukan manajer. NH, yang saat itu tersangkut kasus korupsi malah ditunjuk sebagai manajer TIMNAS, dengan Surat Keputusan(SK) yang menyusul dikemudian hari. Kemampuan serta kesanggupannya memberi asupan “gizi” bagi TIMNAS, ditengan krismon 1997-98, disinyalir jadi alasan utama dibalik penunjukan NH.

DiVietnam, langkah TIMNAS mulanya enteng. Bermain kompak dengan taktik yang solid, TIMNAS kemudian menguasai klasemen sementara, unggul selisih gol dari raksasa regional lainnya, Thailand. &kepelikan itu berawal dititik ini. Walau telah sama2 menggenggam tiket semifinal, tak ada satupun dari 2wakil Grup A ini yang ingin bertemu dengan Vietnam. Sang tuan rumahdengan dukungan fantastis penonton, bermain penuh determinasi, Spartan, plus memiliki daya bunuh tinggi, kemiripan yang sama dengan TIMNAS PSSI diPiala AFF 2010.

Stadion Thong Nat diHo Chi Minh City, 31Agustus 1998, kemudian jadi saksi, bahwa kadang keinginan mencari “selamat” dibumbui dengan tekanan2 nonteknis, kadang bias menghasilkan sebuah kebodohan yang lahir bathin memalukan, walau dari sisi teknis yang masih debatable, kadang dibanggakan sebagai sebuah taktik jitu.

Indonesia&Thailand sama2 mengawali pertandingan dengan letoy. Syahwat tuk menang nyaris tak ada. Yang menggebu2 dilapangan justru hasrat tuk kalah. Status jawara Grup A tak lagi merangsang. Yang mengganggu pikiran justru khayalan semu menghindari runner up Grup B, demi lawan enteng dalam wujud Singapura.

TIMNAS lebih banyak memainkan bola didaerah sendiri, untuk menggoda Thailand merebut bola&menyerang. Gajah Putih, yang cuma butuh seri tuk selamat, bermain aman, dengan malas keluar mengejar. Kejengkelan berbalut kekalutan melanda TIMNAS, saat skor imbang 2-2.Entah atas “petunjuk” siapa, naluri “kreatif” tuk selamat dari hadangan Vietnam, yang makin sedap dibumbui kekesalan terhadap permainan lawan, pun menyeruak.

Episode kelam&pilu yang memalukan kemudian tergelar. UN membukanya dengan lemparan kedalam pada AS, yang diteruskan pada ME, berlanjut kemudian pada MBB. Bola lantas dioper pada K, lalu berbalik kembali pada ME, yang berdiri bebas dijantung pertahanan sendiri. ME, dengan sangat sadar, menceploskan bola ke gawang sendiri, tanpa mau dicegah kipper yang berdiam diri saja. Senyum kemenangan pun terkembang, sebagian bertepuk tangan, Thailand kini menuju mati bertemu Vietnam, Garuda yang selamat sesaat, menistakan diri dalam aib.

http://www.youtube.com/watch?v=DYegvcpVOyM

http://www.youtube.com/watch?v=4TiDihULMh8

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, TIMNAS&Thailand sama2 takluk dari Singapura&Vietnam disemifinal. Kerja keras TIMNAS, saat bersusah payah merebut peringkat 3, dengan menaklukan Thailand lewat adu pinalti, tak dapat membasuh malu. Prestasi pemain TIMNAS berdarah Timor Timur, MBB, meraih topskor turnamen, ikutan tak bermakna.

Menutupi malu, terlontarlah pernyataan AA, sang Ketum, yang sekilas pas namun sama sekali tak cerdas, kutipan saya diawal tulisan ini. Alih2 menjadi pembenaran, denda US$40000 beserta sejumlah sanksi lainnya dari federasi sepakbola dunia®ional, kemudian jadi penahbisannya. Dunia pun terbahak2 atas kekonyolan itu. Media olahraga terkemuka, Sport Illustrated bahkan merelakan halaman utamanya untuk mewartakan dagelan “Srimulat Sepakbola” ini.

Satu/satu bagian dari tim saat itu menemui takdirnya masing2. AA, dengan moral terbebani, memilih turun tahta. ME, eksekutor utama,divonis “mati”, seumur hidupnya tak boleh memperkuat TIMNAS pada pertandingan dilevel apapun. RB, pelatih, yang sangat terpukul atas skandal ini, memilih tak lagi berkecimpung melatih tim sepakbola professional manapun. Namun keajaiban terjadi, NB, Sekum PSSI ketika itu, posisinya aman sentausa hingga “dipaksa” turun pada 2011. Manajer TIMNAS, NH, malah lancar jaya menjadi Ketum PSSI beberapa tahun kemudian. Bak dejavu, saat Piala AFF 2010 digelar, masa dimana NH berkuasa, TIMNAS, dengan exploitasi media luar biasa terhadapnya, lemas tak berdaya dihadapan Malaysia, setelah tampil gagah saat penyisihan, dalam partai final, yang disinyalir beraroma sama : SUAP&MATCH FIXING!

Aib ini lantas tak lebih dari gugahan sesaat, sedikit membangunkan, namun tak menyadarkan kita. Masih saja manajer tim ditunjuk bukan berdasarkan kapasitas&kapabilitasnya dibidang tersebut, namun kemampuannya “menggemukkan” tim. Isu SUAP&MATCH FIXING, menyeruak tiada henti, melibatkan OKNUM pemain-perangkat tim-pengadil-hingga pengurus PSSI, disegala tingkat pertandingan, mulai dari turnamen kelas 17Agustusan sampai pertandingan level regional, layaknya di2013 dengan lakon tim asal Jatim:PB.

2fase berbeda dalam kepengurusan DAH diPSSI sekarang pun, PSSI menggamit 2 lembaga berbeda tuk menangani masalah “sepakbola gajah” ini, namun konsep yang bagus diatas nota kesepahaman&jumpa pers, hingga kini tak jelas juntrungan pelaksanaannya. Padahal 2 strata teratas Liga garapan PT.LI ISL&Divisi Utama, memasuki minggu2 krusial kini. Banyak tim mempertaruhkan prestasi&prestise tuk lolos kebabak selanjutnya di 16&8 besar atau melorot degradasi. Prestasi&prestasi yang oleh sebagian OKNUM pragmatis bisa “diperjualbelikan”. Hal yang semakin mendapatkan pembenaran dimana kini banyak tim tak sehat keuangannya yang berbuntut banyak pemain yang “puasa” gaji berbulan2.

Operasi “penyelematan” tim2 besar&dekat lingkar dalam PSSI, seperti yang terjadi pada PJ dimusim 2009/10, semoga saja tak berulang lagi. Pinalti2 kontroversial berikut kartu merah ajaib semoga saja tak lagi menghantui. Seluruh pemangku kepentingan sepakbola hendaknya sadar, sepakbola&liga Indonesia tak haruslah hanya SUPER dinama&tagline-nya, namun juga harus menunjukan keSUPERannya dalam nilai2 fair play-dicipline-unity-respect, hal yang digembor2kan lewat a-board yang memenuhi stadion saat pertandingan berikut konpersnya.

Almarhum RB, pelatih TIMNAS Piala Tiger 1998, pernah berujar :” seorang pemain yang sengaja melepas bola agar timnya kalah, itu berarti telah berbuat DOSA. Pelatih yang sengaja menginstrusikan pemainnya mencederai pemain lawan, juga telah berbuat DOSA. Begitu juga manajer yang mengatur skor akhir pertandingan, serta wasit yang karena sesuatu hal lantas memihak pada suatu tim, termasuk perbuatan DOSA. Karena itu, semua yang telah saya sebutkan diatas harus kita tinggalkan manakala sepakbola kita mau MAJU, &tidak terancam BUBAR!” Hal yang kini tentunya takkan dituruti para OKNUM penganut pragmatisme sepakbola. ME, beberapa tahun setelah Aib’98, pernah bercerita pada media, bahwa ia diberi “petunjuk” dari bangku cadangan, dengan iming2 hadiah tertentu, untuk melakukan hal yang mencoreng tadi. Namun hingga kini pembuktiannya lenyap, tokoh2 yang disinyalir terlibat bahkan kemudian mencengkram PSSI dengan kalap.

Ini bukan zaman TP ditahun 1960-an, saat aparat hukum proaktif menyelidiki&menahan OKNUM2 yang diduga menerima SUAP&terlibat PENGATURAN SKOR, walau hanya dipartai berstatus ujicoba, TIMNAS proyeksi AG1962 vs Yugoslavia Selection, ketegasannya yang dibayar mahal dengan berantakannya persiapan TIMNAS berikut prestasinya diajang tersebut.

Ini juga bukan masa saat R, bintang PSM&TIMNAS, yang memilih mundur dari sepakbola, hanya karena tak terima dituduh menerima SUAP. Ini masanya sepakbola industry. Kadang hal2 diluar nalar&nilai moral ditempuh untuk sebuah prestasi, prestise, serta keberlangsungan hidup industry lapangan serta OKNUM2 yang numpang hidup diatasnya. Ini masa dimana “make up media” memegang kendali. Titik dimana kadang, OKNUM2 tak punya kapasitas&kapabilitas bisa jadi Superhuman setelah selesai “di-make over” OKNUM media. Jadi saya hanya ingin mengingatkan, bahwa dalam jejak panjang pahit-manisnya sepakbola kita ada : 31/08/1998:Remember the Day!

No Hurt Feelings

fiat justicia ruat caelum

R..E..S..P..E..C..T

***Maaf Sahabat Kompasianers semua, maaf dipenggalan akhir tulisan ini saya mencantumkan logo “Solidaritas untuk Udin” sebagai bentuk penghormatan terhadap Almarhum Fuad M. Syaifudin, wartawan Bernas, yang “dibunuh karena berita”, serta bentuk keprihatinan atas penyelesaian kasusnya yang gelap hingga kini walau akan memasuki masa kadaluwarsa pada agustus 2014. Pun juga merupakan pernyataan sikap pribadi saya bahwa : semangat mewartakan tak bisa dibungkam dengan materi sekalipun~bahwa kejujuran memberi informasi tak bisa dibungkam oleh kematian sekalipun

1409374128723109927
1409374128723109927

***Sumber gambar : koleksi pribadi-antitank-solidaritas wartawan untuk udin***

****Sumber kencono tambahan :

Laman : Wikipedia-facebook.com-yahoo.com-youtube.com-wordpress.com

Media : SKH Kedaulatan Rakyat-Tabloid BOLA edisi Juni-Oktober 1998****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun