Mohon tunggu...
redy pramanjaya
redy pramanjaya Mohon Tunggu... -

Bapak dua anak, kerja di biro iklan. Menyukai sepakbola dan segala hal yang berkaitan sama kemanusiaan dan kehidupan. Punya pertanyaan yang belum ada yang bisa jawab, "Kapan ya Indonesia tampil di Piala Dunia?"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Radio akan Tetap di Udara

24 Oktober 2012   08:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:27 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Rabu, 24 Oktober 2012, sekitar pukul 13.00, saya baru saja pulang dari acara pengumuman pemenang Indonesian radio Awards (IRA) yang berlangsung di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta. Sedikit info, IRA adalah ajang penghargaan untuk karya-karya radio terbaik se-Indonesia yang terbagi dalam kategori: Iklan Layanan Masyarakat, Iklan Promo Program, Sandiwara Radio, Inovasi Program Radio, dan Karya Jurnalistik Radio. Tahun ini adalah tahun keempat IRA berlangsung. Penyelenggaranya adalah Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN).

Kenapa harus spesifik pada media radio? Mungkin banyak yang bertanya. Tapi kalau mendengarkan penjelasan dari Eni Mulia, Executive Director PPMN pada pembukaan tadi, mungkin pertanyaan tadi bisa dijawab. Ya, menurut Eni, industri media konvensional radio, sekarang ini sedang dalam titik nadir perjuangan untuk tetap bisa bertahan di tengah kepungan media-media baru berbasis digital/internet. Inovasi dan kreasi tinggi dari para insan radio mutlak diperlukan untuk membuat radio sebagai media massa yang  murah, cakupannya luas, dan real time, bisa terus mempunyai pendengar setia.

Dan para juara IRA 2012 benar-benar memberi harapan bahwa radio akan tetap eksis hingga waktu mendatang. Salah satu yang begitu mengetuk saya adalah sang Juara I Kategori Inovasi Program Radio Terbaik yang diberikan kepada Radio Kuningan FM 106,8Mhz dari Kuningan, Jawa Barat. Program juara itu mereka beri nama "Bagi Modal."

Saat mendengarkan dan membaca presentasi mengenai mekanisme program "Bagi Modal" pada acara tadi, saya nggak berhenti berdecak kagum dan memberikan tepuk tangan. Bagaimana tidak. Secara konsep, program "Bagi Modal" berhasil memberikan fasilitas sekaligus solusi bagi pendengarnya yang memiliki kekurangan, baik modal maupun pengetahuan. Selain itu, terlihat jelas bahwa kreatornya benar-benar mengenal audience-nya sehingga program yang dibikinnya bisa tepat sasaran.

"Rata-rata pendengar kami adalah tukang ngarit (pencari rumput di ladang/lahan kosong) yang nggak punya televisi. Mereka mendengarkan radio ke mana-mana buat hiburan. Mereka nggak punya twitter atau facebook. Jadi pada saat dewan juri bilang kriterianya adalah mengintegrasikan berbagai media, kita deg-degan juga," perwakilan dari Kuningan FM menuturkan diiringi sambutan riuh tamu IRA.

Bagaimana gambaran program "Bagi Modal" itu? Ini adalah program reality show yang memberikan modal kepada pendengarnya sebesar Rp2.500.000 tanpa bunga sama sekali. Duit itu dipakai sebagai modal awal atau pun tambahan untuk mengembangkan usaha. Setelah modal diberikan, setiap hari diadakan konseling maupun pemantauan yang disiarkan melalui Kuningan FM.

Dalam siaran itu, didatangkan juga wiraswasta-wiraswasta yang dianggap telah berhasil, sebagai narasumbernya. Pendengar lain juga bisa turut serta memberi masukan. "Terus terang, selama program ini berjalan satu tahun, kami baru memiliki sembilan orang binaan," ujar wakil dari Kuningan FM tadi. Tapi mereka yakin, program ini akan terus berjalan dan melahirkan wiraswastawan-wiraswastawan baru.

Selain konseling ataupun pemantauan, penerima modal secara berkala dilibatkan dalam sebuah kompetisi untuk menentukan siapa yang usahanya paling maju. Yang terbaik akan mendapatkan suntikan modal tambahan dan hadiah-hadiah lainnya.

Dari mana mereka dapat dana untuk menjalankan program radio ini? Nah, ini kehebatan lain dari program ini. Dana untuk menjalankan program berasal dari donatur-donatur yang memasang iklan di Kuningan FM. Jadi, uang biaya pasang iklan itu tidak digunakan untuk operasional stasiun radio, melainkan dikembalikan kepada pendengarnya melalui program "Bagi Modal" itu tadi. Operasional stasiun radio dikelola oleh LPPL, Lembaga Penyiaran Publik Lokal dengan penanggung jawab DPRD dan pemerintah daerah. "Kami justru dibatasi untuk pemasukan iklan maksimal 15%," wakil dari Kuningan FM menjelaskan.

Keren ya? Bagi saya ini bukti nyata bahwa media massa bisa memberdayakan audience-nya. Keduanya bisa bergerak bersama untuk kemajuan daerah masing-masing ke depannya.

"Bagi Modal" membuka harapan bahwa radio sebagai media massa, masih bisa terus menjalankan fungsi dan tugasnya, seperti yang dikatakan oleh tokoh legendaris radio Jusuf Ronodipuro, "Sekali di udara, tetap di udara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun