Mohon tunggu...
Near Owie
Near Owie Mohon Tunggu... -

Seorang guru penjaskes yang baru mulai menulis, penggiat alam, dan penggemar olahraga pastinya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nyasar, Naik Cidomo

27 Januari 2010   11:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_62335" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar Cidomo yang di-search dari Om Google"][/caption]

Masih berkutat di liburan akhir tahun, Lombok. Selain keindahan pantai-pantainya, Lombok juga memiliki transportasi khas yang disebut Cidomo. Setelah mendengar namanya, yang pertama kali terbayang adalah "Si Komo", boneka komodo yang suka bikin macet itu. Tetapi, ini sama sekali berbeda.

Cidomo milik Lombok merupakan singkatan dari cikar, dokar, montor. Secara fisik, Cidomo ini biasa kita sebut andong, delman, atau bendi. Bedanya, Cidomo menggunakan ban mobil sebagai roda, dan kuda Cidomo rata-rata berukuran kecil (biasanya mereka menggunakan kuda Sumbawa yang memang ukuran tubuhnya lebih kecil dibanding kuda pada umumnya)

Cerita ini berawal dari saya dan 2 orang teman yang menghabiskan liburan di lombok. Saat itu kami baru saja kembali dari Gili Trawangan dan berniat menuju ke kos-kosan seorang teman yang berada di Ampenan. Si teman memberi intruksi untuk naik Cidomo, sesampainya kami di Pasar Rembiga. Tidak sulit menemukan Cidomo, kami hanya menunggu kurang lebih 7 menit. Setelah menyebut tujuan kami ke Jalan Irigasi-Ampenan, sang kusir langsung menyebutkan harga Rp. 20.000 dan kami setuju. Agak heran sebenarnya, karena teman kami memberi bocoran ongkos Cidomo menuju kosannya itu sekitar Rp. 30.000. Kami pikir, ya... mungkin ini keberuntungan kami. He... He... He

Cidomo kami berjalan dengan santainya, obrolan dengan Pak kusir pun sudah ngalor-ngidul. Tiba-tiba, Pak kusir berkata: "ini sudah daerah Ampenan, tapi Jalan Irigasi itu dimana ya...". Hanya  terlihat Jalan Koperasi di sebelah kanan dan kiri kami. Duh, ternyata Pak Kusir juga tidak tahu jalan! Akhirnya Pak Kusir bertanya sana-sini, dan barulah terdeteksi kalau kami ternyata... NYASAR. Posisi kami saat itu berada di Ampenan Utara, dan Jalan Irigasi yang kami tuju ternyata ada di Ampenan Selatan. Huff, dengan permohonan maaf Pak Kusir tidak bisa mengantar kami lebih jauh lagi. Ia beralasan kasihan kudanya kalau harus jalan ke tempat tujuan kami, karena masih sangat jauh letaknya.

[caption id="attachment_62460" align="aligncenter" width="150" caption="Pak Kusir Cidomo yang membuat kami nyasar (tampak belakang)"][/caption]

Akhirnya, dengan berat hati kami bertiga turun dari Cidomo tersebut. Pak Kusir menurunkan kami di depan sebuah pool taksi. Maksudnya supaya turun dari Cidomo kami langsung naik taksi dan tidak lagi kesasar. Naik taksi menghabiskan biaya Rp. 12.000 dan kami sampai di kos-kosan dengan selamat. Yah, memang benar bocoran dari teman kami itu, ongkos dari Pasar Rembiga-kosan kurang lebih Rp. 30.000. Ongkos yang kami keluarkan Rp. 30.000 kurang Rp. 2000, total Rp. 32.000. Kami bertiga sampai mencatat, nyasar di Cidomo menjadi salah satu daftar menarik yang mewarnai perjalanan kami. :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun