Mohon tunggu...
Rediva Inggi
Rediva Inggi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tentang Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Program Pemerintah dalam Mengatasi Obesitas di Indonesia

10 Juni 2024   12:12 Diperbarui: 10 Juni 2024   13:01 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

A. LatarBelakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih banyak ditemukan permasalahan status gizi pada masyarakatnya. Saat ini, Indonesia sedang mengalami tiga beban malnutrisi yang dikenal dengan istilah "triple load malnutrition" (TBM) yaitu sisi dimana penduduk Indonesia menghadapi masalah gizi buruk seperti stunting, wasting, underweight, dan defisiensi mikronutrien seperti anemia. 

Namun di sisi lain, Indonesia juga menghadapi permasalahan gizi lebih dan obesitas. Masalah gizi anak di Indonesia mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup anak, serta produktivitas dan kemampuan negara untuk mencapai tujuan nasional dan internasional (Fannisa Septariana et al., 2024)

Obesitas merupakan penyakit kompleks kronis yang ditandai dengan timbunan lemak berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas dapat menyebabkan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan reproduksi, serta meningkatkan risiko kanker tertentu. 

Obesitas mempengaruhi kualitas hidup, seperti tidur atau bergerak. Diagnosis kelebihan berat badan dan obesitas ditegakkan dengan mengukur berat badan dan tinggi badan seseorang serta dengan menghitung indeks massa tubuh (BMI): berat badan (kg)/tinggi badan2 (m2). Indeks massa tubuh merupakan penanda pengganti kegemukan dan pengukuran tambahan, seperti lingkar pinggang, dapat membantu diagnosis obesitas (WHO, 2024)

Lebih dari 390 juta anak-anak dan remaja berusia 5--19 tahun mengalami kelebihan berat badan pada tahun 2022. Prevalensi kelebihan berat badan (termasuk obesitas) di kalangan anak-anak dan remaja berusia 5--19 tahun telah meningkat secara dramatis dari hanya 8% pada tahun 1990 menjadi 20% pada tahun 2022. 

Peningkatan tersebut telah Hal serupa terjadi pada anak laki-laki dan perempuan: pada tahun 2022, 19% anak perempuan dan 21% anak laki-laki mengalami kelebihan berat badan. Meskipun hanya 2% anak-anak dan remaja berusia 5--19 tahun yang mengalami obesitas pada tahun 1990 (31 juta remaja), pada tahun 2022, 8% anak-anak dan remaja hidup dengan obesitas (160 juta remaja) (WHO, 2024).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi kegemukan di Indonesia mengalami peningkatan, dari 10,5 persen pala 2007 menjadi 14,8 persen pada 2013 dan 21,8 persen pada 2018. Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023, angka obesitas di Indonesia meningkat menjadi 23,4 persen (Kemenkes, 2024)

B. Isi
Obesitas merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian pemerintah saat ini Indonesia menderita beban ganda malnutrisi. Di satu sisi kita mempunyai masalah gizi buruk dan stunting, dan di sisi lain kita mempunyai angka obesitas yang tinggi. Keduanya terus dilakukan berbagai upaya preventif untuk menurunkan angka stunting dan menurunkan angka obesitas hingga 3% pada tahun 2030. 

Berbagai penyebab obesitas disebabkan oleh pola makan anak, seperti: kurangnya protein, tingginya asupan makanan manis, dan makanan siap saji (terutama meningkat di perkotaan). Beberapa anak pada usia ini mengalami stunting (terlalu kecil untuk usia mereka) dan oleh karena itu lebih mungkin mengalami obesitas. 

Bahaya obesitas adalah meningkatnya kerentanan terhadap penyakit jantung, stroke, diabetes, dan penyakit tidak menular lainnya. Selain itu, kita perlu memperhatikan kondisi jiwa anak yang kelebihan berat badan, yang dapat menyebabkan kesulitan beraktivitas, sesak napas, dan kurang percaya diri. Dan perlu kita ketahui bahwa meningkatnya penyakit tidak menular tidak hanya membebani anggaran rumah tangga, tetapi juga fasilitas kesehatan dan negara (Kemenko PMK, 2023)

Untuk itu pemerintah membuat program Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) dengan slogan "Atur Pola Makan dan Aktif Bergerak" adapun pesan dari GENTAS sebagai berikut:
1. Atur Pola Makan
Atur pola makan dengan menggunakan piring model T:
a. Konsumsi sayur dua kali lipat dari jumlah bahan makanan sumber karbohidrat
b. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan jumlah bahan bahan
makanan sumber karbohidrat
c. Konsumsi sayur dan atau buah minimal harus sama dengan jumlah karbohidrat
ditambah protein
2. Aktif Bergerak
Aktif bergerak setiap hari sesuai dengan kemampuan dan kondisi tubuh kita. Kita dapat mulai dengan aktivitas fisik, yaitu aktivitas fisik ringan (berjalan santai, Latihan peregangan dan pemanasan dengan lambat), aktivitas fisik sedang (berjalan cepat dengan kecepatan 5 km/jam, berolahraga seperti bermain badminton, bersepeda), aktivitas fisik berat (berjalan sangat cepat dengan kecepatan lebih dari 5 km/jam, bersepeda lebih dari 15 km/jam), dan juga latihan fisik yang dilakukan secara teratur dengan intensitas waktu 3-5 kali/minggu dengan selang waktu istirahat (Kemenkes, 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun