Kira-kira seminggu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi perkampungan di wilayah Pakis RW 03 RT 03 Surabaya. Sebenarnya kunjungan ini terkait dengan masalah pekerjaan. Tapi yang ingin saya tonjolkan dalam tulisan ini, bukan pekerjaan saya melainkan pandangan saya terhadap cara berpikir warga perkampungan pakis RT 03 ini.
Perkampungan pakis RW 03 RT 03 Surabaya ini adalah salah satu pemenang Surabaya Green and Clean 2009, yang mendapat hadiah atau fasilitas berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik dari Balai Lingkungan Hidup Surabaya. Karena alasan itulah, saya pun berkunjung ke daerah ini untuk melakukan survey lokasi. Ketika saya masuk di perkampungan ini, saya sudah merasakan suasana yang sangat akrab walaupun saya masih berada di mulut gang. Suasana perkampungan yang rimbun dan hijau seakan menutup kenyataan bahwa siang itu cuaca kota ini sangat panas. Saya seperti berada di perkampungan tengah hutan.
Ketika saya mengutarakan maksud kedatangan saya dan tim kepada salah seorang warga perkampungan tersebut, sambutan beliau sungguh luar biasa. Beliau bukan ketua RT ataupun sesepuh kampung. Saya akui, tindakan saya ini kurang tepat. Seharusnya sebagai orang “asing”, saya wajib lapor kepada ketua RT sebelum berinteraksi dengan warga. Tapi tak apalah. Toh beliau ini tidak keberatan. Bahkan setelah beliau mempersilakan kami masuk, beliau langsung memanggil beberapa penduduk kampung yang berpengaruh. Tak lama, kami pun berkumpul dalam satu forum sederhana. Sekadar informasi, IPAL yang ingin kami rencanakan adalah sebuah pengolahan untuk limbah yang berasal dari dapur dan kamar mandi, dan akan kami rencanakan untuk dibangun di bawah jalan (di tengah kampung). Sebuah reaksi yang cukup mengejutkan kami ketika perwakilan warga pakis RT 03 ini menyatakan kesediaannya mengingat kampung ini bukan kampung pertama yang kami kunjungi. Di kampung lain, warga tidak langsung menyetujui. Bahkan ada warga yang mengatakan bahwa bangunan IPAL ini tidak perlu, malah menambah beban saja.
Obrolan kami pun mengalir. Dalam waktu singkat, saya pribadi merasa langsung akrab dengan beliau-beliau ini. Kita saling bertukar pikiran tentang banyak hal berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Ketika saya mulai melakukan pengukuran di lapangan pun, saya benar-benar melihat seluruh warga perkampungan ini sangat peduli terhadap lingkungannya. Mereka bahkan tidak segan-segan menegur dan menasehati anak-anak kecil yang membuat bungkus permen seenaknya. Saya jadi berpikir, beginilah seharusnya kepedulian seorang warga terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini mendorong saya untuk mencoba mengubah pola pikir warga di kampung tempat tinggal saya, di salah satu daerah di Jawa Timur. Sangat luar biasa pemikiran warga pakis RT 03 ini.
Tidak salah jika perkampungan ini menjadi salah satu pemenang Surabaya Green and Clean. Mereka memang pantas juara. Mereka adalah warga yang bermental juara.
Semoga tulisan ini mampu menggugah pemikiran pembaca untuk mulai mencoba meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungannya. Bukan untuk merebut gelar juara Surabaya Green and Clean atau sejenisnya. Tapi untuk Indonesia, yang dulu sangat terkenal dengan sebutan jamrud khatulistiwa. Ingat sobat, lingkungan kita makin lama makin buruk kualitasnya. Jika bukan kita yang memulai melakukan perubahan dari sekarang, kapan dan siapa lagi yang akan melakukannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H