Mohon tunggu...
Redityo Prabowo
Redityo Prabowo Mohon Tunggu... -

Saya hanya satu di antara ribuan orang yang suka tulis menulis. Kehidupan, hal-hal yang berbau politik di negara kita, budaya, merupakan bagian dari apa yang sering saya kritisi... Saya hanya mencoba untuk mempublikasikan pemikiran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Why Don’t We Meet Each Other Sooner

26 April 2010   05:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:35 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tanggal 10 April 2010 lalu adalah saat-saat yang tidak pernah terlupakan dalam hidup. Pada hari itu, malam hari tepatnya aku bertemu dengan seseorang yang sangat mempesonaku. Perempuan ini bukan orang baru dalam hidup, hanya saja sejak awal pertemuan, saya jarang sekali ngobrol dengan dirinya. Hanya sekedar say hello, lalu pergi. Suasana pertemuan kami hari itu sama dengan pertemuan terakhir kami 2 tahun silam. Tahun 2008 entah bulan apa...

Ketika melihat perempuan ini, hatiku tergetar. Serasa ada yang memberi bisikan padaku bahwa perempuan ini adalah sosok yang selama ini ku cari. Kutepis bisikan itu karena aku ragu. Jika memang perempuan ini adalah sosok yang aku cari, kenapa hati ini baru bergetar sekarang? Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya? Tidak ada jawaban pasti yang mampir dalam pikiranku saat itu. Yang bisa kulakukan hanyalah mencoba untuk kembali membuka obrolan dengan perempuan ini, siapa tahu firasat itu benar.

Dari event inilah hubungan kami makin hari makin dekat. Meskipun kesibukan kita berada di dua kota yang berbeda, Aku bekerja di Surabaya dan perempuan ini berkarir di Malang tetapi hal itu bukan halangan bagi kami untuk saling bertukar kabar. Terkadang, membicarakan tentang kebodohanku dua tahun silam, yang tidak pernah bisa untuk memulai sebuah obrolan dengannya. Kedekatan ini menimbulkan sebuah tanya bagiku, “why don’t we meet each other sooner?” Aku hanya bisa menyalahkan diri ini, kenapa tidak mencoba memulai sejak dulu.

Jujur saja, waktu itu (dua tahun silam) aku merasa minder dengan perempuan ini. Statusku sebagai mahasiswa yang membuatku berpikir betapa mandirinya perempuan ini. Di usia yang sama denganku, perempuan ini sudah mencari biaya hidup sendiri, sebagai penyanyi di sebuah restoran. Dan saya, walaupun menyandang status sebagai seorang mahasiswa tetapi belum bisa mandiri dalam pembiayaan kehidupan saya. Minder, sebuah alasan yang logis.

Karena merasa tidak mampu untuk menjawab pertanyaan itu sendirian, aku mencoba untuk berbagi dengan perempuan ini. Siapa tahu perempuan ini juga punya perasaan yang sama. Heran, kaget, sekaligus tidak menyangka ketika perempuan ini berkata bahwa perasaan minder itu bukan hanya berlaku untuk diriku. Perempuan ini mengatakan bahwa dia juga sempat merasa minder dengan kondisi kita dua tahun silam. Perempuan ini hanya bisa melihatku dari kejauhan, dan mengganggap dirinya tidak pantas untuk bersanding denganku. Alasannya, karena waktu itu saya adalah seorang mahasiswa, berasal dari keluarga yang cukup berada, dan ada beberapa hal lain yang tidak bisa dia ceritakan.

Seketika setelah perbincangan ini, aku mulai menemukan jawaban dari pertanyaanku. “why don’t we meet each other sooner” agaknya mulai memberikan pencerahan bagiku. Mungkin, alasan kenapa kita baru dipertemukan sekarang adalah bahwa saat ini status kita sudah sama. Aku bukan lagi seorang mahasiswa, dan aku telah menjadi orang yang harus mulai mencari penghidupan untuk diri sendiri, tanpa harus bergantung pada orang tua.

Well, itu hanya pendapat saja. Rahasia dan jawaban yang sesungguhnya tetap milik Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun