Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Daur Ulang Sampah Menjadi Karya Rupa untuk Bumi yang Bebas Emisi

27 Juni 2023   22:47 Diperbarui: 28 Juni 2023   07:42 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Darius menjadi Pemenang SATU Indonesia Award Tingkat Propinsi Tahun 2021 Bidang Lingkungan (foto. FB Darius Irenius) 

Pada tahun 2015 yang lalu, Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris mewajibkan seluruh negara industri dan maju di dunia mencapai Net  Zero Emission (NZE) pada tahun 2050 mendatang. Indonesia sendiri melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan bisa mewujudkan NZE pada tahun 2060. Dengan kata lain target negara kita lebih lama 10 tahun dari target negara -- negara dunia dalam mencapai atmosfer bumi yang bebas emisi. Hal ini karena memang tidak mudah menggeser kebiasaan -- kebiasaan lama yang cenderung tidak ramah lingkungan menjadi kebiasaan -- kebiasaan baru yang ramah terhadap lingkungan.

Untuk mencapai target NZE  pemerintah telah menyiapkan lima strategi. Pertama, pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), termasuk bahan bakar nabati. Kedua, pemerintah terus berupaya untuk mengurangi pemakaian energi fosil. Ketiga, pemerintah berkomitmen untuk memperluas pemanfaatan transportasi berbasis listrik di Indonesia. Keempat, pemerintah mendorong pemanfaatan listrik pada sektor rumah tangga hingga industri. Kelima, pemerintah mendukung penerapan carbon capture and storage (CCS) atau penangkapan dan pemanfaatan karbon untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Namun pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, melainkan membutuhkan kolaborasi yang radikal untuk mengembangkan dan mewujudkan solusi -- solusi inovatif dalam skala masif. Kolaborasi itu harus melibatkan semua sektor dari tingkat lembaga atau perusahaan hingga tingkat individu. Perusahaan harus mulai menunjukkan komitmen mereka dalam mengurangi emisi di rantai produksi dan distribusi. Sedangkan di tingkat individu, setiap orang harus bisa ikut membantu dengan menerapkan gaya hidup yang rendah emisi seperti menggunakan transportasi umum, mengurangi penggunaan plastik,serta memilah dan mengolah sampah dari rumah.

Mengolah Sampah Menjadi Karya Seni

Dalam upaya mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission, ternyata hanya segelintir orang yang mau terlibat. Karena memang mengubah gaya hidup lama menjadi gaya hidup yang rendah emisi bukanlah usaha yang mudah. Harus ada komitmen dan konsistensi dalam melaksanakannya.

Salah satu orang yang mau terlibat adalah Darius Irenius, seorang pelukis asal Kabupaten Malaka. Pemuda yang tinggal di Kelurahan Litamali, Kecamatan Kobalima itu telah mengurusi sampah sejak tahun 2016. Ia bahkan menjadikan gaya hidup ini sebagai pekerjaan yang mendatangkan cuan.

Lukisan dari kain tenun bekas (foto. FB Darius Irenius)
Lukisan dari kain tenun bekas (foto. FB Darius Irenius)
Motivasi awalnya hanya untuk mengekspresikan diri dan perasaannya karena pernah diperlakukan seperti sampah.  Ia kemu dian membuktikan kepada orang -- orang bahwa sampah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna. Berbekal kemampuan melukisnya, Darius mulai bereksperimen dengan sampah -- sampah yang berserakan di sekitar rumahnya dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bernilai.

Mengapa harus melukis dengan sampah? Bagi Darius, ada tiga faktor yang membuatnya memilih sampah sebagai media seninya. Pertama, sampah itu mudah ditemukan di mana saja. Kedua, Darius ingin membuat karya yang unik yang berbeda dari pelukis -- pelukis kebanyakan. Ketiga, ia ingin membantu pemerintah menjaga bumi tetap lestari dan bebas emisi.

Dia menggunakan kombinasi dua jenis sampah sekaligus dalam berkarya, yakni sampah organik dan non-organik. Sampah organik berasal dari dedaunan kering, potongan dan serbuk kayu, kerikil dan sebagainya. Sementara bahan non-organiknya berupa botol plastik, kertas, kaleng minuman bersoda, kain perca dan benang sisa tenunan para ibu pengrajin di kampungnya.

Sampah -- sampah itu  ia kumpulkan di sebuah bengkel seni miliknya. Letaknya tidak jauh dari Gereja Katolik St. Laurensius Wemasa. Di sana pria kelahiran Kapan itu membersihkan, mengeringkan, memotong, membentuk pola, menempel hingga membentuk mozaik --mozaik yang indah.

Karya -- karya Darius yang berasal dari sampah itu awalnya dipandang sebelah mata. Tak jarang pula ada yang mengatakan bahwa karyanya biasa-biasa saja. Darius tidak menggubris. Ia malah dengan candaan menulis di dinding facebooknya, "Ketika karya -- karyamu dianggap biasa -- biasa saja, jangan direspon, selera mereka saja yang berbeda."

Banyak pula yang menyerang pribadinya dengan gunjingan -- gunjingan yang tidak produktif. Mereka mengatakan Darius sebagai orang yang tidak punya kerjaan dan setiap hari jalan -- jalan tanpa tahu juntrungannya. Namun, bak anjing menggonggong kafilah berlalu, ia terus berkarya. Ia berusaha melawan pandangan buruk itu dengan memaksimalkan upayanya dan upaya itu membuahkan hasil. Seiring berjalannya waktu karya -- karya Darius d iterima di masyarakat bahkan tembus sampai ke negara tetangga Timor Leste. Banyak orang menyukai karya-karyanya itu sebagai karya unik  yang ramah lingkungan dan sangat berperan besar dalam mengurangi emisi.

Bengkel Kreatif Lima Jari

 Atas kerja kerasnya, Darius akhirnya mendapatkan dukungan dari Yayasan Karunia Pengembangan Anak (YKPA) Mitra Childfund International. Bersama yayasan ini, pemuda 34 tahun itu membangun sebuah studio yang diberi nama Bengkel Kreatif Lima Jari. Mengapa namanya demikian?, ada filosofinya. Bengkel Kreatif artinya tempat untuk memperbaiki atau membuat baru suatu barang. Sedangkan lima jari melambangkan karya yang dihasilkan dari tangan sendiri atau karya yang orisinil. Jadi kita bisa simpulkan bahwa Bengkel Kreatif Lima jari merupakan tempat untuk membuat atau mendaur ulang sampah dengan menggunakan tangan menjadi suatu karya baru.

Selama ini selain digunakan untuk mendaur ulang sampah, bengkel tersebut digunakan juga  sebagai galeri  seni untuk memamerkan hasil karyanya. Kadang -- kadang Darius menyulapnya menjadi ruang kreatif untuk mengadakan workshop tentang sampah. Kerap pula ia menjadikannya sebagai ruang belajar bagi anak -- anak muda.

Memasifkan Pengelolaan Sampah

Darius juga menularkan kegemaran mengolah sampah ini kepada anak -- anak sebagai upaya untuk memasifkan gerakannya serta menjaga keberlanjutan gerakan tersebut.  Ia sering menyambangi sekolah -- sekolah mulai tingkat SD sampai SMA dan membimbing anak -- anak sekolah untuk menghasilkan  karya seni dari sampah. Tak berhenti di situ, mereka juga diajaknya untuk berkarya di Bengkel Kreatif Lima Jari.

Darius mengajar di taman bacaan (foto. FB Darius Irenius)
Darius mengajar di taman bacaan (foto. FB Darius Irenius)

Selain itu, pria kelahiran 28 Juni 1989 juga mengajar di komunitas -- komunitas dan taman -- taman bacaan masyarakat.  Dari kegiatan ini ia berhasil menginspirasi banyak anak -- anak untuk terlibat dalam gerakannya. Anak -- anak mulai bergerak mengumpulkan sampah -- sampah lalu membuat karya -- karya seni yang memiliki nilai jual.

Menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards

Pada tahun 2021 Darius berhasil mendapatkan penghargaan dari PT Astra Internasional, Tbk sebagai Pemenang Satu Indonesia Awards tingkat Propinsi Bidang Lingkungan. Penghargaan ini diberikan kepadanya karena dedikasinya yang besar dalam mengurangi sampah dan turut andil membantu pemerintah mencapai target Net Zero Emission dengan Program Daur Ulang Sampah Menjadi Karya Rupa. Karenanya Darius berhak mendapatkan uang pembinaan sejumlah 5 juta rupiah, sertifikat penghargaan, merchandise jaket, serta berkesempatan menjadi bagian dari relawan Program Nurani Astra, Berbagi Untuk Negeri.

Namun, untuk mendapatkan apresiasi tersebut bukanlah sekadar membalikan telapak tangan. Darius harus berjuang kurang lebih  8 tahun untuk bisa berada di posisi itu. Ia bahkan telah mendaftar di Program SATU Indonesia Awards sebanyak 3 tahun berturut -- turut mulai dari tahun 2019 sampai tahun 2021. Barulah pada tahun 2021, ia mendapatkan penghargaan.

Darius menjadi Pemenang SATU Indonesia Award Tingkat Propinsi Tahun 2021 Bidang Lingkungan (foto. FB Darius Irenius) 
Darius menjadi Pemenang SATU Indonesia Award Tingkat Propinsi Tahun 2021 Bidang Lingkungan (foto. FB Darius Irenius) 
Nah, lalu apa itu SATU Indonesia Awards? SATU Indonesia Awards adalah Apresiasi Astra yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Pada tahun 2023, PT Astra Internasional Tbk kembali menggelar SATU Indonesia Awards dengan mengusung tema "Semangat untuk Hari Ini Dan Masa Depan Indonesia". Tahun ini SATU Indonesia Awards memasuki tahun pelaksanaan ke-14 sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2010. Adapun penerima SATU Indonesia Awards mencapai 565 orang dengan perincian; 87 penerima tingkat nasional dan 478 penerima tingkat provinsi.

Mimpi Besar Untuk Masa Depan

Setelah menerima apresiasi dari Astra, Darius masih mempunyai sebuah mimpi besar yakni membuat Art Center. Sebuah tempat yang konsepnya seperti sanggar tetapi bukan hanya sekadar tempat belajar, melainkan tempat di mana anak -- anak bisa menghasilkan karya yang memiliki nilai jual dengan tetap menjaga alam.

Untuk mencapai mimpi itu memang tidak mudah sebab butuh uang yang banyak, komitmen dan konsistensi.  Namun Darius tidak kehilangan asa. Ia terus berkarya dan berbagi dengan orang lain. Sebab dia percaya bahwa kesuksesan itu bisa diraih jika kita terus berkarya.

Di akhir kata saya ingin mengutip sebuah pernyataan Bob Sadino yang menjadi penyemangat Darius sampai hari ini:

"Setinggi apapun pangkat yang Anda miliki, Anda tetap seorang pegawai. Sekecil apapun usaha yang Anda punya, Anda adalah bosnya"

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun