cinta. Bahkan karena saking cinta, Rena rela memberikan tubuhnya untuk sang kekasih.
Gua Maria Toro tampak sepi. Tak ada siapa -- siapa di sana kecuali Rena dan  Jimi. Beberapa bulan terakhir mereka telah menjadi sepasang kekasih yang saling menyayangi. Meskipun Jimi hanyalah seorang tukang ojek tetapi Rena telah memilih dia menjadi kekasih dan pasangan jiwanya. Kesederhanaan dan kedewasaan Jimi membuat Rena jatuhDi sana di bawah pohon - pohon angsana yang rimbun mereka berdua duduk berhadapan. Mata mereka berkaca -- kaca sembari saling menatap satu sama lain dengan penuh perhatian.
"Sayang, kau benar -- benar sayang saya kah?"
Pertanyaan Rena memecah sunyi saat itu dan membuat Jimi agak terkejut.
"Kenapa kau tanya saya begitu, Sayang. Kau tahu to kalo saya terlalu sayang kau". Kata Jimi sambil menggenggam erat tangan Rena.
"iya saya tahu kau sayang saya tapi sekarang saya hamil. Saya tidak mau kau punya rasa sayang itu hanya sebatas kata -- kata. Kau harus buktikan kau punya rasa sayang itu. Kau harus bertanggung jawab dengan saya punya keadaan sekarang." Kata Rena lagi.
Jimi makin terkejut. Tetapi dia mencoba tetap tenang.
"Saya pasti tanggung jawab sayang. Tapi saya kuatir kau punya orang tua son terima saya. Saya ini hanya ojek. Hanya tamatan SMA dan son pernah merasakan bangku kuliah seperti kau. Mereka pasti akan menolak saya mentah -- mentah". Kata Jimi.
"Jimi saya hanya butuh kau bertanggung jawab. Soal orang tua saya terima kau ato tidak kau sonde usah pikir. Saya akan berusaha yakinkan saya punya orang tua untuk terima kau apa adanya. Kalau mereka menolak saya janji saya siap pergi dari rumah untuk tinggal dengan kau dalam susah atau senang. Yang penting kau bisa buktikan di saya kau benar -- benar sayang saya." Kata Rena menanggapi Jimi yang masih ragu -- ragu.
"Okey baik sayang. Saya siap bertemu kau punya orang tua. Apa pun yang terjadi, saya siap bertanggung jawab. Besok saya pi rumah."Kata Jimi meyakinkan sang pacar.
Rena merasa sangat bahagia. Cinta yang dia dambakan akhirnya semakin memiliki arah dan masa depan. Mereka kemudian bangun dari tempat itu lalu berjalan menuju ke depan patung Bunda Maria. Mereka menyalakan lilin dan larut dalam doa -- doa.