Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Air dalam Pandangan Thales dan Jokowi

22 Maret 2021   21:58 Diperbarui: 22 Maret 2021   22:03 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari Air Sedunia (https://www.gambar.pro/2009/12/87-gambar-air-sumber-kehidupan)

Pada hari air sedunia ini pikiran saya langsung tertuju pada seorang filsuf Yunani bernama Thales. Selain dianggap sebagai filsuf pertama dalam tradisi filsafat barat, ia merupakan tokoh yang mengemukakan pandangan bahwa unsur penyusun alam semesta adalah air dan bumi yang berbentuk datar ini mengapung di atasnya.

Pandangan Thales ini tentu sudah terbantahkan oleh teori -- teori dan juga penelitian para ahli sesudahnya. Tetapi pandangannya pada saat itu berangkat dari satu pemikiran yang logis bahwa air adalah sumber kehidupan. Hal ini karena ia melihat dari air segala makhluk hidup memperoleh bahan makanan dan minuman sebagai sumber energi yang diperlukan bagi kehidupan mereka. Selain itu ia juga mengamati bahwa air dapat berubah -- ubah menjadi uap air dengan pemanasan dan menjadi padat dengan pendinginan. Dari pengamatan -- pengamatan itu akhirnya Thales berkesimpulan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu (arche).

Dalam konteks Indonesia, bagi saya salah satu tokoh yang menyadari pentingnya air sebagai sumber kehidupan adalah Joko Widodo (Jokowi). Sejak awal kepemimpinannya menjadi Presiden Republik Indonesia pada 2014 yang lalu, Jokowi berpandangan bahwa ketersediaan air adalah kunci ketahanan pangan kita. Karena itu ia mengawali kepemimpinnya dengan menargetkan pembangunan 65 bendungan di seluruh Indonesia untuk mendukung ketahanan air dan pangan nasional.

Apa yang ditargetkan Jokowi ternyata bukanlah isapan jempol belaka. Sepanjang tahun 2015 -- 2020, beliau telah berhasil membangun 18 bendungan baru di seluruh tanah air. Beberapa bendungan lain akan dituntaskannya secara bertahap hingga tahun 2024 mendatang. Di sini Jokowi tidak sekadar menyadari bahwa air sumber kehidupan tetapi ia bekerja untuk menghadirkan air lebih dekat kepada rakyat khususnya rakyat di daerah -- daerah tandus dan gersang seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam salah satu kunjungannya ke NTT, Jokowi berkata,"Di NTT ini, menuju ke sebuah kemakmuran, menuju ke sebuah kesejahteraan, tanpa yang namanya air, lupakan". Dalam kesempatan lain ia menulis di laman instagramnya,"... .Dan itu betul, karena kunci kemakmuran NTT ini adalah air. Begitu ada air, semua bisa ditanam". Karena itu secara khusus ia persembahkan tujuh bendungan raksasa untuk rakyatnya di NTT.

Pada kesempatan ini pun saya tidak berniat menyandingkan Thales dan Jokowi pada level yang sama, karena kedua tokoh ini hidup di jaman yang berbeda, beda latar belakang dan beda pula konteks kehidupan mereka. Namun pada hari air sedunia ini, saya sengaja menghadirkan mereka berdua sebagai tokoh -- tokoh yang melihat air tidak sekadar kebutuhan, melainkan sebagai sumber kehidupan yang utama. Karena tanpa air kita hanyalah ilusi.

Refensi:

1. The Greatest Philosophers: 100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM - Abad 21 Yang Menginspirasi Dunia Bisnis (Kumara Ari Yuana)

2. https://id.wikipedia.org/wiki/Thales

3. Instagram Joko Widodo (@Jokowi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun