Cinderella, Upik Abu dan Bawang Putih. Tokoh -- tokoh itu seringkali mendapatkan perlakuan yang buruk dari ibu tiri dan saudara -- saudaranya karena kecantikan yang mereka miliki.Â
Dalam banyak dongeng kita sering menemukan tokoh gadis cantik yang miskin, sebut saja kisahTokoh -- tokoh itu ternyata punya kesamaan dengan propinsi yang saat ini salah satu pulaunya dinobatkan sebagai pulau terindah di dunia (Pulau Sumba) versi majalah Focus terbitan Jerman yakni Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 hingga saat ini NTT tidak pernah lepas dari genggaman kemiskinan. Pada tahun 2020 lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data kemiskinan di Indonesia, NTT didaulat sebagai peringkat ketiga propinsi termiskin di Indonesia setelah Papua dan Papua Barat dengan persentase kemiskinan sebesar 21,01 persen. Data ini tidaklah mengejutkan dan masyarakat NTT menganggap kemiskinan adalah teman bermain yang sudah melekat sejak jaman nenek moyang.
Sekalipun miskin tetapi karena kecantikannya NTT kini menjadi perhatian pemerintah pusat. Karena itu selama pemerintah Presiden Joko Widodo, NTT didandani sedemikian rupa supaya kelihatan semakin cantik sehingga mampu menarik perhatian dunia untuk berkunjung ke Indonesia.Â
Namun perhatian pemerintah ini membuat propinsi lain cemburu karena merasa diperlakukan tidak adil. Akibatnya beberapa waktu yang lalu A. Bakri HM seorang anggota DPR RI Dapil Jambi sempat membuat pernyataan yang sangat mengejutkan dan menyakiti hati masyarakat NTT. Dalam video berdurasi 60 detik di akun Tiktok milik @taurusboy99 beliau mengatakan:
"Alangkah baiknya, mungkin ke depan buk setiap anggota didata program-program wisata yang ada di daerah. Ini rasa keadilan buk. Saya kemarin diajak teman-teman komisi V (DPR) kunjungan ke NTT. Tidak ada yang istimewa buk di sana. Paling yang istimewa komodonya aja buk. Lihat pantai, lihat apa, di tempat saya (Jambi) banyak. Tapi, anggarannya (NTT) bukan main besar sekali. Kan saya tidak tahu. Untuk rasa keadilan, alangkah bagusnya setiap anggota dikasih. Sebagai contoh, umpamanya, berbicara kunjungan wisata di Jambi tidak kalah. Jadi, kalau ini tidak dibagi porsinya, kita akan merasa ramai terus. Ujung-ujungnya kan pingin keadilan."
Pernyataan itu mengundang reaksi masyarakat NTT dan para pecinta NTT di seluruh Indonesia. Mereka lalu menyanggah pernyataan anggota komisi V DPR RI dari Fraksi PAN itu dengan video -- video tandingan yang menyuguhkan panorama keindahan pariwisata di NTT dan sekaligus memuat argumentasi -- argumentasi yang sangat menohok.
Berbeda dengan Cinderella atau Upik Abu atau Bawang Putih yang hanya menangis meratapi nasib ketika diperlakukan buruk oleh ibu tiri dan saudaranya, masyarakat NTT justru bereaksi keras. Mereka tidak bisa menerima pernyataan yang meremehkan dan menganggap mereka biasa -- biasa saja. Memang begitulah watak masyarakat NTT, di mana -- mana dikenal kasar dan berani apalagi dalam hal menegakkan harga diri.
Salah satu putra asli NTT yang ikut bereaksi terhadap pernyataan A Bakri HM adalah Ansy Lema anggota DPR RI Komisi IV dari Fraksi PDIP Dapil NTT 2. Ia dengan tegas mengatakan bahwa ia menyesalkan pernyataan A. Bakri HM yang jauh dari fakta sesungguhnya karena NTT memiliki keunikan dan kekhasan sendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Ia bahkan mengatakan bahwa NTT adalah the masterpiece of God, karya agung Tuhan yang selama ini dilupakan dan baru pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, NTT mendapat kepedulian dan atensi yang besar dari pemerintah.
Selain itu seorang peneliti asal Norwegia sempat kaget mendengar pernyataan A. Bakri HM dan mengatakan bahwa mungkin saja beliau belum pernah ke NTT. Menurutnya NTT memiliki wisata alam, laut, hidup dan budaya yang unik yang hanya ada di NTT saja. Hal ini dikatakannya dalam wawancara di Channel Youtube seorang putra NTT Emil Tolo.
Apa yang dikatakan Ansy Lema dan juga peneliti Norwegia itu mau membuktikan bahwa NTT benar -- benar cantik dan perhatian Joko Widodo kepada NTT bukanlah sesuatu yang tidak adil melainkan perwujudan keadilan itu sendiri. Sebab untuk waktu yang lama NTT diperlakukan tidak adil oleh pemerintahan -- pemerintahan sebelumnya sampai akhirnya ditemukan oleh Joko Widodo dalam keadaan berdebu.