Mohon tunggu...
Redemptus Damar Adi
Redemptus Damar Adi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

seminaris tingkat 1 SMA Seminari Mertoyudan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Seminaris

26 September 2024   12:10 Diperbarui: 26 September 2024   12:16 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perkenalkan saya Redemptus Damar Adi Nugraha. Saya berasal dari Semarang Jawa Tengah. Kesempatan kali ini saya akan membagikan pengalaman menjadi seorang seminaris tingkat 1. Awal mula saya mempunyai keinginan masuk ke Seminari ini pada kelas 8 SMP. Saya mulai tertarik masuk seminari karena ingin menjadi seperti Pastor paroki.

Tanggal 21 Juli 2024 adalah hari pertama saya menjadi seorang seminaris. Pada masa awal POSE (Pekan Orientasi Seminari), saya masih memiliki rasa takut yang besar. Saya tipikal orang yang tidak ingin jauh dari kedua orangtua. Setelah sampai di Seminari dan berpisah dengan orangtua rasanya memang sangat menyedihkan, seperti terasa ada yang hilang begitu saja. Satu minggu pertama terasa sangat berat sekali, di sini memulai kebiasaan/habitus baru yang belum terlalu sering saya rasakan saat sebelum menjadi seorang seminaris. 

Setiap hari tepatnya saat malam hari, saya selalu menangis teringat orangtua, saudara, kerabat, dan orang yang saya cintai. Memang tak mudah meninggalkan mereka semua, jika boleh sebenarnya saya tidak ingin berpisah. Sangat terasa sekali perbedaan hidup sebelum dan sesudah menjadi seorang seminaris. Perbedaan itu seperti di sini kita benar-benar diajak untuk hidup mandiri dan sederhana.

Di Seminari banyak istilah-istilah kata yang berasal dari bahasa Latin, seperti dormitorium/kamar, refter/ruang makan, dan lain sebagainya. Jujur saya belajar banyak di tempat ini, bukan hanya menyerap ilmu pendidikan sekolah saja tetapi juga moral dan kepribadian kita akan berubah menjadi lebih baik. Saya dan angkatan 113 lainnya masih disebut orang baru di sini, berbeda dengan kakak-kakak kelas kita yang sudah memiliki pengalaman yang lebih banyak. Kami sebagai angkatan baru masih perlu belajar banyak hal dari kakak kelas. 

Seiring berjalannya waktu saya mulai kerasan dan terbiasa dengan habitus baru yang ada di Seminari ini. Mungkin yang dulu awalnya saya ragu dan takut akan hal apa pun, tetapi sekarang kebiasaan itu mulai terbiasa dan bukan masalah yang sulit diatasi. Di sini saya mendapat banyak sekali teman dari berbagai penjuru Indonesia. Saya sadar dengan memiliki banyak teman di sini pun akan membuat kita semakin kuat, seperti kami yang saling menguatkan satu sama lain ketika ada yang bersedih, takut, dan dalam masalah apa pun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun