Ini cuma sebuah Th0nking ya. Nietzsche itu adalah pemuja seleksi alam, tapi tidak seperti Darwin yang melukiskan Teori Evolusi. Ia hanya memiliki pandangan bahwa penindasan antar-manusia merupakan kehendak alami daripada manusia itu sendiri dan mengakui bahwa itu merupakan bagian dari tahapan evolusi manusia. Â
Kalaupun di dunia ini ada penindasan, maka sistem moral yang terbentuk di dalam ajaran agama atau segala bentuk ideologi adalah penindasan yang sejati. Menurutnya, hal tersebut hanyalah upaya-upaya untuk membatasi kehendak manusia untuk bertindak sesuai dengan kodrat alamiah-nya atau justru membodohi manusia menghambat tahapan evolusinya.Â
Nietzsche pun menyatakan dirinya tidak bermoral dalam Ecce Homo. Sebagai alternatifnya, Nietzsche menawarkan konsep Manusia Super atau Ubermensch atau Superman. Menurutnya, konsep ini dapat terwujud ketika manusia terbebas dari segala bentuk moralitas.Â
Tugas Manusia Super ini hadir untuk membinasakan segala bentuk kenaifan manusia, sehingga mampu mengantarkan manusia ketahapan evolusinya yang lebih tinggi. Menindas sampai tidak ada yang perlu lagi untuk ditindas. Menindas senindas-nindasnya.
Hadeuh, jadi untuk apa sih membaca Nietzsche itu? Apakah untuk berpikir dengan baik? Atau malah untuk asal berpikir? Gayns, kalo kata Nietzsche sendiri sih untuk berpikir beda saja. Berpikir beda yang bagaimana? Nganu lho, berpikit beda untuk sampai kepada opini rasional atas suatu subjek tunggal: orang tidak berpikir cukup dalam atau cukup lama; orang tidak memiliki data yang cukup, orang terlalu cepat pada kesimpulan.Â
Sebagian orang berpikir bahwa mereka seharusnya memiliki suatu opini mengenai ini dan itu, kemudian pergi untuk mencari opini yang lain yang didasari pada nilai etis dan estetis yang telah dikembangkan di dalam masyarakat. Lalu, digabung-gabungkan sehingga melahirkan suatu sistem filosofis. Sistem filosofis tersebut diajarkan secara bangga, yang pada akhirnya dijadikan kebenaran tunggal/mutlak oleh pengikutnya.Â
Jadi, pengikutnya memiliki benar adalah benar atas dasar sendiri. Salah adalah salah atas dasar sendiri pula. Nah, menurutnya hal seperti itu hanya layak untuk dicemooh.
Jelas ya kalo Nietzsche itu Anti Filsuf Filsuf Klub. Dia mencemooh sistem-sistem filosofis pada zamannya, karena tidak mau berkompromi dengan benar dan salah. Oke lah, bebas. Setelah dia mencemooh, dia menawarkan sistem filosofisnya sendiri. Kata dia, seseorang itu harus menyadari bahwa tidak ada kebenaran yang "benar".
Setiap kebenaran pada akhirnya harus tergantung asumsi yang belum terbukti secara totalitas, karena sebelum itu terjadi itu hanyalah akumulasi nilai bagi suatu kebenaran. Karena pengakumulasian nilai tersebut terlalu abstrak, ia menggantinya dengan kekosongan nilai sebagai nilai yang paling absolut.Â
Dunia kan berawal dari kekosongan dan berakhir pula pada kekosongan. Jadi segala prosesnya hanyalah serangkaian hal yang kosong. Dalam buku Nietzsche yang berjudul Beyond Good and Evil, ia menyiratkan bahwa tidak ada yang good atau yang evil.Â
Yang ada hanyalah akumulasi nilai untuk good dan evil, yang dikonstruksikan secara paksa di dalam masyarakat.
Gayn, jangan serius. Th0nking hanyalah "daki" yang menempel di otak saya. Pertanyaan apakah setelah membaca ini apakah pembaca boleh melanjutkan minatnya untuk mengenal Nietzsche secara serius melalui buku sekundernya ataupun langsung kepada buku primernya merupakan kehendak pembaca sendiri. Bebas, silahkan!