Mohon tunggu...
Najmi Almanar
Najmi Almanar Mohon Tunggu... Jurnalis - Create History Create Your Write

Master Piece

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aria Wiracula, Menteri Keuangan Era Sunan Gunung Jati

8 Februari 2020   19:59 Diperbarui: 8 Februari 2020   19:56 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Tan Sam Tjai Khong / Tumenggung Aria Wiracula. Foto: Suhartono

Cirebon -- Semakin canggih teknologi zaman sekarang memudahkan manusia dalam beraktiftas. Namun, tetap saja masyarakat Muslim tidak lepas dari budaya dan tradisi yang ada. Salah satu tradisi umat Islam ialah berziarah alias mengunjungi makam. Kini, Banyak makam di Indonesia menjadi sarana berdo'a kepada leluhur dan pahlawan negeri di masa lalu. Makam leluhur atau bisa dibilang makam kuno, kini orang menyebutnya 'petilasan'.

Petilasan merupakan tempat menunjuk yang pernah disinggahi oleh seseorang yang penting dan menjadi sejarah kisah hidupnya. Salah satu petilasan yang termasuk dalam kawasan Jawa Barat, ini berada di Jalan Sukalila Utara, Kejaksan, Kota Cirebon. Namanya petilasan Tumenggung Aria Wiracula / Tan Sam Tjai Khong, beliau merupakan Menteri Keuangan di era Sunan Gunung Jati Cirebon.

Prasasti Makam Tumenggung Aria Wiracul dan Kerabat
Prasasti Makam Tumenggung Aria Wiracul dan Kerabat

Menurut Bapak Sahroni (juru kunci makam Aria Wiracula) saat diwawancarai sudah ada sejak abad 18. Aria Wiracula adalah pedagang China yang diangkat Sunan Gunung Jati menjadi menteri keuangan. Aria Wiracula memajukan dan memakmurkan ekonomi Cirebon. Lalu diberi gelar oleh sultan kasepuhan namanya Tumenggung Aria Wiracula, dulunya namanya Tan Sam Tjai Khong. Ada 7 makam disekelilinggya yaitu pembantunya, dan 2 diantaranya makam orang Jawa. Termasuk benda cagar budaya yakni harta karun yang juga dikubur dekat makamnya. Tanah makam ini tanah kampung yang diwakafkan orang Tionghoa. Sementaya yang mengurusnya adalah yayasan etnis China di Klenteng Welas Asih.

Dahulu Cirebon memiliki 3 pelabuhan, Yaitu Pelabuhan Banten, Sunda Kelapa dan Muara Jati. Pelabuhan tersebut menjadi pusat perdagangan internasional. Sehingga Cirebon pun pernah menjadi salah satu tujuan produksi impor dan ekspor terbesar di dunia. Adapun produksinya seperti gula, kopi, kayu jati, beras dan rempah-rempah.

Petilasan Aria Wiracula termasuk Cagar Budaya Abad 18 Cirebon
Petilasan Aria Wiracula termasuk Cagar Budaya Abad 18 Cirebon

Ketiga pelabuhan tersebut dikelola oleh Aria Wiracula yang kala itu adalah Menteri Keuangan di wilayah kesultanan Cirebon. Kepiawannya dalam bidang keuangan menjadikan Cirebon dijuluki sebagai wilayah 'Kertabumi' yang berarti dianggap mencapai puncak kejayaan. Hal ini menurut catatan sejarawan Australia, Merle Calvil Ricklefs.

Aria Wiracula juga membuka petensi ekonomi lainnya. Seperti pasar tradisional, pencetakan mata uang perak dan emas baik berupa Dirham serta Dinar. Berkat beliau juga Cirebon pernah menjadi tempat pencetakan uang receh mirip koin China Kuno.

Cirebon masih terbilang disebut wilayah kesultanan, karena masih terdapat 4 keraton yaitu, Parebonan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kasepuhan. Keempat keraton tersebut menjadi saksi dan bukti sejarah bahwa masa kejayaan Cirebon tidak lepas dari campur tangan Kaum Muslimin dan Etnis Tionghoa. Riwayat inilah yang menjadikan Cirebon sampai sekarang dapat hidup damai dengan keberagaman agama dan suku bangsanya.

(Suhartono)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun