Dua minggu lalu, kami berlibur ke Sumba. Untuk praktisnya, kami menginap di sebuah hotel di dekat Waingapu. Hotel Sacca. Nah, dari hotel ini, jarak ke mana-mana relatif dekat. Termasuk kalau perlu beli air minum atau apa saja di toko P&D.Â
Salah satu toko yang agak besar, terletak di pengkolan jalan, dekat Gereja Kristen Sumba, Payeti. [caption caption="deretan kaset "][/caption]Pemiliknya seorang perempuan Tionghoa, usia 50-an tahun, duduk di balik meja, menyambut siapa pun yang datang dengan alis yang terangkat dan senyum tertahan.
Tokonya, menyediakan apa saja.
Dari sabun sampai abon.
Dari perlengkapan bayi sampai sapu lidi.
Dari bedak sampai kaset.
Ya, kaset yang ia pajang di satu sisi tembok tokonya.
Dari langit-langit terus merambat turun sampai sebatas pinggang.
Kalau perlu kaset yang di bagian atas, harus naik bangku bulat untuk menggapainya.
Yang menarik adalah koleksi kasetnya.
Seperti tak kenal waktu.
Rekaman/album pertama Richard Marx, Julio Iglesias, Oscar Harris, Jim Reeves sampai Eddie Silitonga, bisa ditemukan di sini.
Britney Spears (termasuk album pertamanya), Westlife, berjajar damai dengan Koes Plus, Panbers, D'Lloyd dan Mercys.
Kertas-kertas kecil yang tertempel di sisi rak adalah catatan stok dan pesanan baru yang harus ditindak-lanjuti.
Saya tanyakan kepadanya beberapa album baru -yang disebut banyak orang sebagai grup Indie.
Dia bilang, "Ooh, itu mungkin laku di Jakarta, ya. Tapi di sini tida bisa jual ko," dengan logat Sumba yang kental.
Bagaimana dengan album Franky & Jane atau Leo Kristi? "Oh itu laku, tapi sudah pesan lama tidak datang-datang."
"Di sini punya selera beda, Kaka.... "
Kami mampir dua kali ke toko ini.
Yang sekali untuk beli air mineral, yang kedua kunjungan khusus bermisi beli kaset.
Apa?
Ah, rahasia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI