Mohon tunggu...
Reda Gaudiamo
Reda Gaudiamo Mohon Tunggu... -

a daughter-sister-wife-mother-friend

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pada Hari Minggu...

1 Juni 2011   06:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu adalah hari jalan-jalan se-Indonesia. Malah ada lagu khusus yang dibuat untuk hari itu, kan? “Pada hari Minggu kuturut Ayah ke kota….”  Jalan-jalan ke mana? Mari kita lihat tempat tujuan wisata keluarga Jakarta. Yang pertama,  Kebun Binatang Ragunan. Rasanya semua orang tua merasa perlu mengajak anaknya ke tempat ini. Berdesakan, tak soal. Banyak pasangan bergulingan di rumput, biar.  Suasana hutan berubah jadi panggung dang-dut, tak apalah. Yang penting, anak bisa lihat aneka satwa, pulang beli bola dan topeng dari karton yang entah berbentuk apa. Tujuan berikut, ada di Utara Jakarta: Ancol, Dufan, Gelanggang Renang dan Samudra juga padat merayap. Di timur, ada anjungan-anjungan di TMII yang biasanya sepi di hari-hari lain, menjadi ramai dipenuhi pengunjung pada hari Minggu. Tapi, itu kondisi beberapa tahun lalu. Sekarang, lain.  Kalau ingin dianggap tahu tren, lupakan Ragunan, Ancol, TMII, apalagi museum. Arahkanlah langkah Anda bersama keluarga ke mal. Setiap Minggu, hampir setiap restoran di mal, penuh –kecuali yang kebangetan buruk layanan dan rasa makanannya. Butik pakaian, padat. Penjaga gerai kosmetik mendadak sibuk. Hari Minggu, mal hidup jadi hidup oleh langkah lalu-lalang ayah ibu, anak-anak, baby sitter…. Mal: arena bermain baru. Di mal, telinga pekak oleh jerit  dan teriakan anak-anak yang menganggap mal adalah arena bermain –terang, luas karena bisa dipakai main kejaran dan sepatu roda segala, dan banyak jajajan. Mal adalah ‘taman’ bagi pasangan kekasih untuk berpelukan dan  berciuman di escalator atau pojok cafe. Mal menjadi tempat kakek-nenek bertemu anak dan cucu. Mal adalah kedai kopi tempat bapak-bapak menanti istrinya belanja dan anak naik kereta atau bertualang di toko mainan. Mal menjadi ruang pamer baju baru atau potongan rambut terkini. Mal jadi perpanjangan ruang bayi dan anak. Ibu-ibu bangga menggendong  cucu mereka yang belum genap 40 hari, tak peduli ada banyak orang lalu lalang batuk dan bersin dan menyebarkan penyakit di sekitar mereka. Mal adalah tempat mempertontonkan  cinta kasih –meski yang dicintai harus naik kursi roda atau kereta dorong. Sampai kapan kebiasaan ini berlangsung? saya khawatir akan berlangsung lama. Bosan dengan mal ini, ada mal baru yang tumbuh di seberang jalan. Begitu terus. Jarak antara satu mal dengan yang lain makin dekat dan rapat saja. Sementara koridor yang ada di dalam mal dibuat lebar. Sehingga kita akan melihat lebih banyak kursi roda atau kereta bayi (berikut para pengasuh yang pecicilan mengiringi kereta terkait) seliweran. Hmmm, jangan-jangan sudah waktunya ada versi baru lagu Pada hari Minggu itu. Mungkin baiknya berbunyi, “Pada hari Minggu kuturut ayah ke mal…”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun