Mohon tunggu...
Ridwan Sefri
Ridwan Sefri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Just Simple Thinking

Selanjutnya

Tutup

Money

Menjadi Buruh Di Ladang Sendiri

19 Juni 2012   01:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, semua orang mungkin sudah tahu tentang semua itu, bahkan bangsa lain pun tahu hingga datang ke sini sebagai penjajah, ya sejarah telah membuktikannya. Dengan kekayaan alam yang melimpah dan masa kolonialisme yang sangat lama telah mewariskan sikap mental yang terbelenggu walaupun kenyataannya kita sudah merdeka, itulah yang membuat bangsa kita belum bisa maju hingga saat ini.

Wakil presiden Budiono pernah mengatakan ini sebagai kutukan Negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Memang pada kenyataannya banyak Negara dengan SDA melimpah sangat sulit untuk maju dan sebaliknya Negara dengan SDA yang terbatas justru lebih maju termasuk dalam bidang ekonomi. Pernyataan itu seperti tidak asing bagi saya sebagai orang yang pernah kuliah di jurusan ekonomi pembangunan, seingat saya dulu dosen saya juga pernah menerangkan hal yang sama dalam kuliah. Saat memberikan pernyataan itu saya yakin juga wakil presiden juga tak lepas dari latar belakang sebagai akademisi dalam ilmu ekonomi.

Tetapi menurut saya hal itu bukanlah sebagai sebuah kutukan, melainkan sikap mental kita sebagai Negara yang sangat lama terjajah. Dahulu kolonialisme telah membuat nenek moyang kita menjadi buruh di ladang sendiri, sebagian besar keuntungan dari hasil bumi yang diolah oleh nenek moyang kita sendiri justru dinikmati oleh bangsa kolonial dan nenek moyang kita justru hanya memperoleh keuntungan “secukupnya” saja layaknya buruh. Karena “pembodohan” dan belenggu penjajah yang ada saat itu sehingga tak terpikirkan untuk mencari keuntungan yang lebih besar dan akhirnya “menerima” saja karena memang tak mampu melawan.

Secara tidak sadar mungkin sikap itulah yang kita warisi saat ini di era globalisasi dan sebagai bangsa yang merdeka. Kita belum sadar bahwa kita mempunyai potensi yang jauh lebih besar untuk mencari “keuntungan” jika kita lebih kreatif dan memiliki naluri bisnis tinggi. Untuk hal ini pantaslah kita berguru pada 3 bangsa lain yang lebih maju.

Pertama adalah china, Negara dengan populasi penduduk lebih dari 1 miliar jiwa ini telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru. Walaupun china dikenal dengan produk tiruan dan “murahan” tetapi justru itu menjadi keunggulan dari Negara tersebut, kondisi ini tentu tak lepas dari naluri bisnis yang tinggi dari rakyatnya, ya mereka melihat peluang dari bisnis barang dengan harga murah dan menyadari mereka bisa memproduksi barang tersebut. Naluri bisnis dan keuletan orang china tentu tak asing lagi bagi kita, karena memang di sekitar kita mungkin banyak orang china yang dulu mungkin berangkat dari kemiskinan di negaranya kini menjadi pedagang dan pebisnis yang sukses di Negara lain termasuk di Indonesia. Kehebatan orang china tak hanya bisa kita lihat dalam hal bisnis, jika anda mengamati dalam bidang olah raga badminton sekarang china menjadi penguasa dunia, padahal menurut saya skill atlet mereka tak lebih baik dari Indonesia, tetapi mereka mempunyai keunggulan lain yaitu kegigihan dan kerja keras.

Kedua adalah jepang, Negara yang tidak subur dan sebagian wilayahnya pernah dijatuhi bom atom ini adalah simbol dari kemajuan teknologi. Produk otomotif jepang telah memenuhi jalanan di seluruh dunia, peralatan elektronik dari jepang terkenal akan kualitasnya dan digunakan di seluruh dunia, semua itu tak lepas dari kreativitas dan kemauan untuk berinovasi orang-orang jepang yang terkenal sangat disiplin, tidak mengherankan jika banyak teknologi baru yang ditemukan dan dibuat di jepang, sumber daya manusia yang luar biasa ini yang menjadi keunggulan jepang

Ketiga adalah amerika, sebagai Negara “penguasa” dunia, dan simbol dari kapitalisme, tak sedikit pihak yang menentang amerika dengan kapitalismenya. Faham kapitalisme yang menyerahkan ekonomi kepada pasar dan mengurangi atau menghilangkan peran pemerintah untuk menerapkan proteksi ekonomi belum bisa diterima di banyak negara, terutama negara berkembang. Banyak negara yang kawatir jika industri mereka tidak bisa bersaing dengan produsen luar negeri, termasuk di Indonesia. Mungkin saya juga setuju bahwa kita memang belum bisa bersaing. Tetapi hal positif dari kapitalisme adalah adanya semangat untuk berkompetisi dari perusahaan-perusahaan untuk berinovasi dan memproduksi barang berkualitas dengan harga yang murah, jika tak mampu melakukannya maka bersiaplah untuk tergusur dari persaingan.

Pada masa sekarang ini dimana kreativitas menjadi tak terbatas, banyak hal yang tak terpikirkan pada masa lalu kini menjadi sebuah sumber ekonomi baru, lihatlah facebook misalnya sebuah penemuan “maya” yang kini masuk ke dalam sistem industri dan telah membuat orang yakin untuk berinvestasi dan menanamkan jutaan dollar uangnya.

Sekarang Indonesia membutuhkan orang-orang kreatif dan orang-orang dengan naluri bisnis yang besar yang bisa membuat kita maju dan tidak hanya cukup hanya menikmati “sedikit” keuntungan dari kekayaan alam kita. Jika kita lebih kreatif tentu kita tak hanya bisa mengekspor bahan-bahan mentah saja, tetapi dengan sedikit kreativitas untuk mengolah bahan tersebut kita akan menikmati keuntungan yang jauh lebih besar.

Populasi penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta telah membuat banyak pebisnis yang tergiur dan akhirnya melakukan ekspansi usahanya ke Indonesia, jika kita melihat peluang ini dan bisa mengambilnya maka tak perlulah ada produk-produk dari luar negeri yang membanjiri pasar kita jika memang kita bisa memproduksinya. Kalau dari kabar yang saya dengar bahwa ada banyak produk luar negeri, fashion misalnya yang sebenarnya adalah produk “asli” Indonesia, barang itu diproduksi di Indonesia dengan bahan baku dan tenaga kerja dari Indonesia lalu diekspor dan diberi label dengan branch yang terkenal dan orang-orang termasuk orang kita sendiri membeli dengan harga yang jauh lebih mahal. Dari hal itu intinya adalah sebenarnya kita mampu untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas tinggi yang tidak kalah dengan barang-barang dari luar negeri.

Sudah saatnya kita berubah dan menciptakan keunggulan kita, bukan hanya bisa terbuai dengan “sedikit” keuntungan menjadi Negara yang kaya akan sumber daya alam, jangan sampai kita menjadi buruh “lagi” di ladang sendiri. Sudah saatnya kita menjadi entrepreneur dengan kreativitas, kegigihan, kerja keras dan naluri bisnis yang tinggi untuk menjadi lebih baik dimasa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun