Mohon tunggu...
Jayadi .
Jayadi . Mohon Tunggu... -

Motivator Untuk Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Jadikan Kebersamaan Terakhir

16 Oktober 2010   04:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, ketika ku tersadar betapa aku sangat mencintai mu, perlahan semua keindahan memudar bersama tetes air mata yang menghaplus debu di wajah ku. Yang terlihat haya kau tanpa senyum dengan penuh guratan cinta dan kasih sayang untuk ku.

Ku sadar betapa aku sangat mencintai mu ketika kau merintih menahan sakit yang tak kau ungkapkan dari bibir kecil mu. Semua kau pendam dan tersimpan dalam-dalam hingga aku tak menyadari sakit yang kau rasakan.

Pertikaian kecil yang sering terjadi, terkadang membuatku bosan dengan mu. Namun kau masih setia mendampingi langkah ku tanpa perduli sakit, pahit dan getirnya hidup yang kau jalani bersama ku.

Terkadang naluri liar ku pun berkata untuk bermain dengan keindahan semu pembawa petaka. Menebar benih kenikmatan berbuah laknat. Mengajak ku menari-nari ditepian jurang neraka. Tapi Syukur Alhamdulillah, Allah masih melindungi kehormatan ku sebagai suami dan ayah dari seorang putra serta nama baik keluarga ku.

Saat ku membelai rambut mu, membasuh peluh di dahimu dan mendekap mu erat, tiba-tiba rasa takut yang teramat sangat datang menghampiri ku. Berjuta bayangan menakutkan bergelayut diatas kepalaku dan menempel di setiap sudut dinding otak ku.

Hati kecil ku pun berkata, “Ya Allah, jangan jadikan ini adalah kebersamaan terakhir ku.”

Masih banyak mimpi yang belum kami raih. Masih banyak angan yang belum kami wujudkan dan masih banyak kisah yang belum terukir dalam tinta sejarah hidup kami. Jadi ku mohon kepada Mu, biarkan kami hidup lebih lama lagi, menyaksikan mentari datang dan pergi, mendengarkan nyanyian alam dan mewarnai hidup dengan kisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun