Aku seorang perempuan anak pertama yang lahir dalam keluarga yang sederhana. Keluarga yang dalam satu rumah berisi 4 orang anggota dengan Bapak, Ibu, Aku, dan adikku. Aku melewati tahun ketahun dipenuhi dengan penuh harap kepada Allah.
Kemudian tiba ditahun 2020 tepatnya pada bulan januari, dimana kelas 12 sudah hampir memasuki masa kelulusan. Para siswa/siswi sedang sibuk membicarakan kemana akan melanjutkan perjalanan setelah masa SMA berakhir. Sama seperti mereka aku mengusahakan yang terbaik untuk diriku.
Hari-hari kujalani dengan penuh semangat dan senyuman, kemudian datanglah suatu kondisi dimana sahabat baikku mulai menjauh dariku. Dia mulai tidak merespon apa yang aku lakukan. Kami hanya diam dan saling memandang tatapan kosong. Aku bingung dengan apa yang terjadi kepada sahabatku ini.
Aku mencoba menelisik kemasa lalu dan memikirkan sebuah fakta dari masa lalu yang berasal dari diriku sendiri yaitu aku pernah menjadi seorang yang sibuk dengan organisasi sedang sahabatku tidak. Â Aku juga sering keluar kelas untuk melakukan rapat koordinasi dan meninggalkan sahabatku ini.
Kamipun menjalani hari seperti itu hingga tiba dimana saat aku mencoba mengungkapkan isi hatiku kepadanya. Kamipun saling bercerita dan saling bertukar pikiran hingga menangis dan akhirnya kamipun bersama lagi.
Hingga tiba dimana saat itu ada pendaftaran untuk kuliah di Politeknik Negeri melalui jalur rapot. Banyak temanku yang ikut mendaftar salah satunnya sahabatku ini. Dia mendaftar dan dia lolos pada jalur ini sedangkan aku tidak lolos pada pendaftaran ini.
Aku bingung dan tidak berani bercerita kepada siapapun. Aku mencoba sendiri, belajar sendiri, dan mengikuti banyak sekali seminar. Sebelum virus korona melanda aku sangat terobsesi dengan Kampus Kedinasan. Aku rutin mengikuti les binaan fisik gratis di salah satu stadion di Tulungagung.
Aku juga banyak mengikuti seminar kedinasan, baik online maupun offline untuk menambah wawasanku mengenai kedinasan. Disamping cita-citaku mengejar kampus kedinasan aku bekerja di kedai buah agar mendapatkan hasil berupa uang untuk membeli buku yang dapat menunjang apa yang aku perjuangkan.
Setelah aku berjuang sangat keras dan mencoba menciptakan sebuah jalan, Tuhan berkatalain. Virus korona menyerang Indonesia dan semua kampus kedinasan ditutup. Aku kaget dengan hal tersebut dan menangis sejadi-jadinya didalam kamar.
Apa yang sudah kuperjuangkan harus dilepas karena kondisi yang bukan disebabkan oleh diriku sendiri. Aku sempat bingung dan berfikir keras. Kemudian aku mencoba membuka whatsaap, teringat kepada temanku yang bernama Rei.
Rei adalah temanku diwaktu SMP, dia anak yang pintar di sekolah dan selalu menjadi peringkat 1 di sekolah. Aku menghubungi temanku ini dan mengajaknya untuk belajar bersama menghadapi pendaftaran jalur SBMPTN.