Mohon tunggu...
Stephanie Rebecca Ester
Stephanie Rebecca Ester Mohon Tunggu... profesional -

I believe each human beings has the potential "to change", "to transform" one's own attitude, no matter how difficult the situation. -Dalai Lama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dua Calon dan Satu Pilihan (Versi Saya)

9 Juni 2014   18:41 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jadi abu-abu memang tidak baik. Jadi rasaylnya saya memang hrs memilih kepada siapa 1 suara saya akan saya berikan. Tidak mudah..krn bagi saya tidak ada yg lebih baik diantara keduanya, baik jokowi ataupun prabowo. Buat saya yg berprofesi sebagai ekonom muda dan researcher, utk mengukur suatu kesuksesan jokowi sbg DKI 1 tdklah segampang apa yg kita lihat, hrs ada indikator terukur yg kita uji, baru kita bisa simpulkan: gagal/berhasil, bukan memberi opini prematur atas rasa emosional. Sangat tidak cerdas memberi kesimpulan atas dasar asumsi tanpa ada justufikasi spesifik.
Platform ekonomi prabowo menurut saya lbh reliable dan applicable bagi Indonesia ke depan dlm rangka menjadi negara maju di tahun 2025 (MP3aeI framework). Dari segi ketegasan jelas Prabowo seorang controller yg baik sehingga tdk mungkin mjd capres boneka spt yg diisukan partai sebelah. Masalah tidak adanya Ibu negara pun bukan mslh buat saya, dan undebatable. Mgkn kalian lupa dulu Soekarno pny brapa byk isteri? Kalian luoa duku Bapak Hatta (wapres RI) jg sama tdk memiliki istri ketika menjabat. Di level Internasional, kita bs luhat hal besar apa yg dikerjakan Vladimir Putin, Nelson Mandella tnp hrs memperdebatkan soal "siapa istrinya?". Masalah pelanggaran HAM? Buat saya kasus ini adalah kasus lama yg telah selesai. Tidak perlu diungkit kembali. Nyatanya dulu ketika Prabowo menjadi cawapres Megawati pun, kubu PDIP diam membisu mengenai hal ini. Namun sekarang? Hal ini seolah menjadi dead card yg slalu digunakan oleh kubu PDIP dlm menyerang Prabowo. Saya rasa dalam hal ini..terlihat jelas bagaimana ilmu politik yg sesungguhnya bekerja bukan? Tidak ada org yang betul2 baik di dunia politik. Sorry to say.
Tapi kita harus ingat..pemilihan Presiden adalah penyerahan legitimasi kekuasaan..dan kepada siapa kekuasaan akan diberikan, menjadi hal yg penting untuk kita..warga Indonesia..mempertimbangkannya dengan pemikiran yg rasional..
Kita paham betul bahwa Jokowi berasal dari PDIP. Sebuah partai dengan jumlah koruptor terbanyak dan ditambah lagi dgn Kinerja Megawati di masa lampau yang membayar hutang negara dgn menjual asset negara dimana imbasnya masih terasa hingga saat ini. Belum lagi Pak JK yang dikenal temperamen, bukan tdk mgkn akhirnya Pak JK justru yg mengontrol Jokowi dibelakang. Ini hanya asumsi subjektif saya, tentu subjektif..karena saya yg menulis.
Gerindra..yg identik dgn Prabowo. Harus kita akui telah menghasilkan tokoh muda Indonesia yg inspiring: Ahok dan ridwan kamil. Sejauh ini saya hny tau mereka, mgkn msh banyak yg lainnya.
Sejauh ini, keduanya balance dimata saya. Ada kurang dan baiknya. Namun akhirnya saya tentu tetap harus berkontribusi politik dalam menentukan Presiden saya, krn itulah kewajiban saya sebagai WNI.
Dan pilihan saya jatuh kepada Bapak Joko Widodo..
Mengapa Beliau?
Menimbang berbagai hal, terutama dr hal partai koalisi, saya sgt concern dgn siapa yg ada dibalik Prabowo. Ormas ekstremis dan anarkis sekelas FPI yg ada dibelakang Prabowo sangat tidak layak diberikan legitimasi kekuasaan untuk menguasai Indonesia.
Beberapa permintaan FPI, salah satunya adalah menerapkan perda syariah. Buat saya sangat tidak menghargai keberagaman agama yg ada di Indonesia. Jika Indonesia adalah negara yg dilandaskan pd hukum Islam, mgkn bukan masalah jika aturan hukum di Indonesia mengacu kpd ajaran Islam. Tapi catat baik-baik, Indonesia adalah negara hukum dimana aturan hukum tertingginya bersumber dr Pancasila dan UUD 45.
Mungkin Anda, para kader FPI kurang belajar mengenai nasionalisme, kapitalisme dan liberalisme.
Mungkin Anda, para kader FPI drdl memang dididik untuk tidak mengerti apa arti "toleransi" antarumat beragama.
Mungkin Anda, para kader FPI memang dilahirkan untuk tidak akan pernah jd pemimpin.
Atas dasar pertimbangan ini, saya rasa koalisi Jokowi jauh lebih baik diatas Prabowo saat ini. Inilah pilihan saya. Pemikiran saya. Opini saya.
Setidaknya saya memilih pilihan saya ini tdk dgn cara membela membabi buta. Tidak dgn opini prematur yg berkembang di luar sana. Saya memilih untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya konflik yang paling sensitif di Indonesia dalam 5 tahun mendatang.
Ini pilihan saya dan ini saran saya:
"Berkampanyelah dgn cara elegan, tanpa harus menjatuhkan oposisi mu. Buat apa membuka peristiwa masa lalu jika kau sadar bahwa orang yg kau pilih memiliki kelebihan yg jauh lebih baik. Buat apa membela mati-matian? Krn kita tidak akan pernah tau..sampai kapan mereka akan berpegang teguh dengan janji politiknya.
Berkontribusilah untuk negara. Jika kau blm mampu membayar pajak, setidaknya melalui suaramu kau sudah menjadi contoh WNI yg baik. Apapun pilihanmu, pilihan temanmu, pilihan keluargamu..hargailah! Tidak ada yg lebih bodoh atau lebih pintar dr siapapun jika memiliki pilihan yg berbeda.
Berkompetisilah dengan sehat! Akan selalu ada yg menang dan kalah. Bahkan pemenangnya pun belum tentu akan menjadi pemenang yg sesungguhnya dlm memenangkan kemerdakaan, memenangkan kesejahteraan rakyat atau bahkan memenangkan keamanan negara.
Terakhir, berdoalah..krn setiap pemimpin..akan berasal dr Tuhan. Tuhanmu..dan Tuhanku. Ya, dan kau patut menghormati siapapun pemimpin Indonesia nanti."
Salam,
Saya, salah satu alumni almamater "Jaket Kuning"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun