Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting sebagai sumber devisa negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sejak Maret 2020, pandemi Covid-19 sudah mulai masuk ke Indonesia, dan kurva infeksi kumulatif masih terus meningkat secara eksponensial hingga saat ini. Fenomena ini telah mengakibatkan kontraksi ekonomi Indonesia atau menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif, serta menciptakan kondisi yang sangat buruk bagi sektor pariwisata di Indonesia.
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam dengan ekosistem asli, yang digunakan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Selain perlindungan dan pelestarian, Kawasan Konservasi juga diharapkan dapat mengakomodir berbagai mandat, seperti fungsi ekologi dan rekreasi. Salah satu Taman Nasional yang cukup terkenal di Indonesia adalah Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) yang dikelola dengan system zonasi, seperti Zona Inti, Rimba, Pemanfaatan, Rehabilitasi, dan Zona Adat. Kawasan Konservasi Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) sebagai salah satu pariwisata alam menyediakan jasa ekowisata dengan aktivitas di luar ruangan. Pengelola TNGMb berhasil menarik minat dan potensi wisatawan, walaupun di masa pandemi ini harus melakukan penutupan beberapa wilayah untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Hutan Pinus Kragilan (disebut Top Selfie) merupakan Kawasan Adat TNGMb yang saat ini telah berkembang menjadi tempat wisata. Sedikitnya 140.100 wisatawan pada 2018 dan 135.900 pada 2019 telah mengunjungi pusat atraksi ini. Pengelolaan Top Selfie oleh masyarakat Dusun Kragilan berdasarkan kesepakatan bersama antara Balai Taman Nasional dan Kelompok Pelibatan Ekowisata (Pokdarwis). Hutan Pinus Kragilan ternyata memiliki keindahan dari segi estetika alam maupun karya artistik pengelolanya. Wisata alam yang dipadukan dengan hasil buah tangan pengelola yang kreatif, menghasilkan tidak hanya spot foto yang menarik, namun juga sebagai lapangan pekerjaan baru bagi para fotorgrafer lepas. Hal ini tentu saja menjadi potensi kekayaan wisata tersebut untuk terus di kembangkan dalam meningkatkan sosial-ekonomi masyarakat setempat.
Hingga pada Maret 2022, UNS menerjukan 8 mahasiswa/I diantaranya 5 dari FEB dan 3 dari FH sebagai pioner kegiatan MBKM dengan KKN pada program Riset Keilmuan skema Hibah Riset Mandiri Dosen Tahun 2021. KKN ini sendiri memiliki durasi total kegiatan selama 45 hari dengan bobot 20 SKS. Melalui program ini, diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar mengenai hidup di tengah masyarakat dan berkontribusi secara langsung membangun potensi dan memberikan solusi untuk masalah sosial desa. Melalui program ini, diharapkan mahasiswa KKN yang ditempatkan di Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang mampu mengembangkan potensi wisata dan budaya di desa tersebut.
Mengulas sedikit tentang sejarah Hutan Pinus Kragilan atau disebut Wisata Top Selfi, adalah bagian kawasan hutan TNGMb yang berada di lembah yang tidak terlalu luas sekitar 5,29 Ha. Vegetasi yang dominan di Top Selfie adalah jenis Pinus Merkusii. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan Gunung Merbabu memiliki iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42% dan curah hujan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm/th. Hutan Top Selfie berada di ketinggian antara 1.300 mdpl sampai dengan 1.500 mdpl, kelembapan udara (%) rata-rata pada kisaran 70 sampai dengan 91. Sementara temperatur udara saat penelitian sekitar 21,2ᵒC- 26.4ᵒC.
Wisata Hutan Pinus Top Selfie Kragilan terletak di Dusun Kragilan, Desa Pogalan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Wisata tersebut dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat petani sekitar Dusun Kragilan. Wisata Hutan Pinus Top Selfie Kragilan mulai di kelola pada tahun 2015 oleh Balai Taman Nasional Gunung Merbabu bersama masyarakat sekitar. Sebagian besar dari masyarakat dusun kragilan bermata pencaharian utama sebagai petani serta sebagai buruh Tani. Munculnya Wisata Hutan Pinus Top Selfie Kragilan secara tidak langsung membawa sesuatu yang baru terhadap pemberdayaan dan perubahan sosial bagi masyarakat petani di sekitar Hutan Pinus Kragilan khususnya desa wisata Pogalan. Wisata Hutan Pinus Top Selfie Kragilan menunjang perekonomian masyarakat. Hal ini karena tempat wisata melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya serta masyarakat yang memiliki lahan pertanian dapat menjual hasil panen di wisata hutan Pinus.
Namun saat terjadi pandemi Covid-19 wisata Hutan Pinus harus ditutup sementara selama kurang lebih 7 bulan dan membuat menurunnya perekonomian masyarakat sekitar Dusun Kragilan. Setelah wisata Top Selfi dibuka kembali terjadi pemulihan penghasilan masyarakat Dusun Kragilan meskipun wisatawan yang berdatangan tidak seramai sebelumnya. Saat ini rata-rata hanya dikunjungi 100 orang per hari. Salah satu misi kelompok KKN yang dipercayakan di desa ini adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi yang ada di Top Selfi agar lebih menarik dan diminati oleh wisatawan.
Oleh : Rebecca Cindy Sartika, Evi Gravitiani, Anugrah Adiastuti, Dwi Herniti, Johan Setiawan, Anzar Alfat Firdaus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H