Mohon tunggu...
Ready Brahmana Yudha
Ready Brahmana Yudha Mohon Tunggu... Politisi - Young Politician, Profesional Privat Sector

Politisi Partai Perindo | Sekjen Relawan Solidaritas Jokowi | Wasekjen DPP Gerakan Advokat dan Aktivis | Anggota Luar Biasa FKPPI | Humas DPP Moeldoko Center

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NKRI Bersyariah?

2 Desember 2017   22:22 Diperbarui: 2 Desember 2017   22:32 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menanggapi konsep NKRI Bersyariah dari salah seorang tokoh agama, saya agak kurang sependapat dengan konsep tersebut. Dikarenakan hal tersebut menurut pendapat saya agak tidak sejalan dengan ideologi bangsa kita Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pedoman bagi kita bangsa Indonesia didalam berkeTuhanan, bernegara dan bermasyarakat. 

Indonesia bukanlah suatu negara yang dibentuk oleh salah satu suku, ras, agama maupun budaya. Indonesia dibentuk dari berbagai macam suku, ras, agama dan budaya dari sabang sampai dengan merauke. Dimulai dari pergerakan nasional Budi Utomo, Sumpah Pemuda sampai dengan persiapan kemerdekaan BPUPKI dan PPKI, bangsa Indonesia sepakat bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. 

Para founding fathers kita menyatukan seluruh perbedaan tersebut dalam kerangka Pancasila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Pancasila dijadikan sebagai dasar negara bukanlah tanpa alasan melihat sangat beraneka ragamnya suku, ras, agama dan budaya yang ada di tanah air tercinta kita Indonesia. Bahkan para ulama besar pendiri bangsa seperti Buya Hamka, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasjim Asy'ri, sampai dengan Presiden Indonesia ke 4 KH. Abdurrahman Wahid merupakan para tokoh agama yang sejalan dengan Pancasila.

Jika saat ini setelah negara tercinta kita merdeka 72 tahun ada yang berpendapat untuk mensyariahkan NKRI menurut saya sangat bertentangan dengan perjuangan bangsa kita yang selama ini memegang teguh Pancasila didalam bermasayarakat dan bernegara. Dan jika NKRI Bersyariah akan membuat pribumi menjadi tuan rumah di negeri sendiri, saya agak sedikit kurang paham dengan persepsi ini. 

Memangnya saat ini siapa yang sedang menjadi tuan rumah di Indonesia? Indonesia telah merdeka 72 tahun dan siapa yang selama ini membangun bangsa kita dan meperjuangkan keutuhan kemerdekaan negara kita? Apakah bangsa asing? Bukankah selama periode awal pemerintahan Republik Indonesia kita berperang mati-matian menghadapi agresi militer belanda 1, agresi militer belanda 2, belum lagi kita juga berjuang dari sisi diplomatik melalui perjanjian-perjanjian dengan pihak belanda untuk mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan NKRI? 

Lalu apa kabarnya dengan para pahlawan yang berasal dari suku, ras, budaya dan agama yang berbeda-beda, Jend. Urip Sumoharjo, Letjend. TB Simatupang, Laksmadya Yos Sudarso, Soegijapranata, I Gusti Putu Mertha, Ida Bagus Wayan Gede, I Gusti Wayan Kusuma, John Lie, Lie Ceng Oek, Boen Kin To dan masih banyak lagi. Mereka semua berasal dari suku, ras, budaya dan agama yang berbeda-beda tetapi mereka memperjuangkan NKRI sebagai satu kesatuan karena mereka merasa Indonesia adalah tanah air mereka, bangsa mereka yang dipersatukan oleh Pancasila. Lalu apakah mereka semua bukan orang pribumi?

Menurut hemat saya ditengah situasi perpolitikan yang saat ini sedang panas lebih baik para tokoh politik dan para tokoh lintas agama janganlah mengeluarkan isu-isu yang memecah belah persatuan. Alangkah baiknya jika para tokoh politik dan lintas agama memberikan pernyataan dan ajakan yang menguatkan toleransi didalam kita bernegara dan bermasyarakat. 

Lebih baik kita kritik pemerintah dengan kita berprestasi, berkarya dan mengharumkan nama bangsa kita dari berbagai bidang kerja yang kita geluti. Alangkah indahnya jika Indonesia yang beragam suku, ras, budaya dan agama ini dapat selalu berjalan dan beriringan dengan damai didalam naungan Pancasila yang berbhineka tunggal ika, tidak terpecah belah hanya karena kepentingan politik dan kekuasaan salah satu golongan tertentu.

Ready Brahmana Yudha

Bacaleg DPRD DKI Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun