Mohon tunggu...
Resita Wulan
Resita Wulan Mohon Tunggu... -

saya suka musik, sastra dan apapun yang menyenangkan :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Si Jeruk Oranye

22 September 2013   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:32 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah perkebunan jeruk yang sejuk dan luas, beberapa petani sedang sibuk memetik buah jeruk yang matang dengan ciri berwarna oranye terang. Namun, saking sibuknya, petani-petani itu tidak mendengarkan percakapan beberapa buah jeruk di salah satu pohon.

“Akulah jeruk yang paling manis di pohon ini. Lihatlah kalian! Masih hijau dan kecut,” kata satu buah jeruk yang dengan sombongnya memamerkan warna tubuhnya yang terang mengkilat dan lebih besar daripada yang lainnya.

“Ah, nanti aku juga akan seperti kamu. Tunggu saja,” timpal si buah jeruk hijau yang masih kecil dan kecut.

“Kamu mungin bisa seperti aku, berkulit terang dan indah. Tapi, kamu belum tentu semanis aku.”

Namun, percakapan mereka terhenti karena ada beberapa pengunjung perkebunan datang untuk memetik. Di perkebunan itu, pengunjung boleh memetik buah jeruk yang sudah ranum. Buah-buah yang sudah mereka petik bisa dibawa pulang atau mereka nikmati di kebun langsung.

Seorang gadis kecil, berusia kurang lebih lima tahun sedang memperhatikan satu pohon jeruk tempat si jeruk oranye dan hijau tadi berdebat. “Dia pasti menginginkan aku!” bisik jeruk oranye bangga kepada jeruk-jeruk hijau yang tumbuh di bawahnya. Benar saja! Gadis kecil itu merengek minta diambilkan jeruk yang ranum dan besar itu.

Namun, orangtuanya meminta gadis itu mencari buah-buah ranum di pohon lain,”Buah itu ada di tempat yang terlalu tinggi, Nak. Ayah tidak bisa mencapainya.”

Gadis itu, dengan linangan air mata, bergegas mencari buah-buah jeruk ranum lainnya. Begitulah... setiap hari sampai sebulan berikutnya, tidak ada yang bisa mengambil buah jeruk oranye itu. Para pengunjung malas untuk menaiki tangga dan mengambilnya. Sementara itu, para petani tidak lagi bisa melihat si jeruk oranye karena lebatnya daun yang menutupi tubuhnya. Seiring berjalannya waktu, jeruk-jeruk hijau yang dulunya kecil dan masam, berubah menjadi oranye dan berbuah manis. Dagingnya tebal dan bentuknya besar. Sedikit demi sedikit, buah-buah itu dipetik dan dinikmati oleh siapa saja.

Bagaimana dengan nasib si buah oranye yang sombong itu? Oo...! Karena sudah lama tidak ada yang memetiknya, buah itu dimakan oleh ulat dan akhirnya jatuh ke tanah dan membusuk tanpa ada seorangpun yang sempat mencicipinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun