Mohon tunggu...
Rokhmin Dahuri Institute
Rokhmin Dahuri Institute Mohon Tunggu... Dosen - Rokhmin Dahuri

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB; Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI); Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat; Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany; Honorary Ambassador of Jeju Islands Province and Busan Metropolitan City, Republic of Korea to Indonesia; dan Menteri Kelautan dan Perikanan – RI (2001 – 2004).

Selanjutnya

Tutup

Money

Daya Dukung Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

7 Juni 2021   10:21 Diperbarui: 7 Juni 2021   10:55 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp


Pada tataran praksis, DDL wilayah dapat dipelihara dan bahkan ditingkatkan dengan mengimplementasikan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) secara benar, kosisten, dan berkelanjutan.  Minimal 30% dari luas total suatu wilayah mesti dijadikan sebagai kawasan lindung untuk menjamin kelestarian SDA dan lingkungn.  Kawasan lindung tidak boleh dikonversi menjadi kawasan pertambangan, perkebunan, industri, dan peruntukan pembangunan lainnya.  Hanya kegiatan penelitian, pendidikan, dan ekowisata yang boleh ada dalam kawasan lindung.  
Selain itu, kita harus merehabilitasi hutan, danau, sungai, rawa, estuaria, mangrove, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem alam lain yang telah mengalami kerusakan.  Wilayah ekosistem perairan (danau, waduk, sungai, dan laut) yang telah mengalami overfishing atau kepunahan jenis harus dipulihkan stok ikannya dengan melakukan restocking dan stock enhancement secara tepat dan benar.  Program konservasi pada tingkat genetik, spesies, dan ekosistem harus lebih ditingkatkan.  Kapasitas asimilasi ekosistem sungai dan danau harus dirawat dengan melakukan kegiatan normalisasi dan river training.  

Selain perbaikan tata kelola produksi hutan alam dan perikanan tangkap, untuk memenuhi kebutuhan pangan, serat (bahan sandang), obat-obatan (farmasi), kayu, kertas, bioenergy, dan komoditas SDA hayati lainnya yang terus meningkat; kita harus meningkatkan produktivitas, efisiensi, daya saing, dan sustainability dari semua usaha budidaya pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, Hutan Tanaman Industri, peternakan, dan perikanan yang ada saat ini.  Lahan darat dan perairan di luar kawasan lindung, yang masih belum tergarap harus dikembangkan untuk berbagai usaha budidaya tersebut.  Aplikasi bioteknologi, nanoteknologi, AI, IoT, dan teknologi Industri 4.0 lainnya diyakini dapat meningkatkan produtivitas, efisiensi, daya saing, dan sustainability dari sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan dan perikanan.

Secara simultan, kita harus mengganti paradigma pembangunan ekonomi kapitalis (konvensional) yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan akumulasi kekayaan untuk kehidupan konsumtif, mewah dan hedonis diri, keluarga, perusahaan, atau kelompok nya.  Dengan paradigma pembangunan ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkualitas, inklusif, dan ramah lingkungan untuk dunia yang lebih baik, sejahtera, damai, dan berkelanjutan.  Oleh karena itu, pada tataran mondial, pembangunan berkelanjutan hanya bisa terwujud, bila negara-negara dengan pendapatan perkapita diatas 12.535 dolar AS rela mengerem laju pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan SDA, dan pembuangan limbah dan emisi GRK nya.  Pada saat yang sama, negara-negara maju membantu negara-negara berkembang supaya penduduknya semua hidup sejahtera dengan pendapatan perkapita rata-rata 12.535 dolar AS.  Kemudian, bangun sistem dan mekanisme perdagangan serta hubungan internasional yang lebih adil dan saling menghormati serta menguntungkan.

Akhirnya, pembangunan ekonomi harus rendah atau tanpa limbah dan emisi GRK, pemanfaatan SDA secara produktif dan efisien tidak melebihi kemampuan lestarinya, penggunaan produk untuk waktu yang lebih lama, penggunaan teknologi 3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle) untuk mengubah limbah menjadi berkah, green design and construction, mitigasi dan adaptasi terhadap Perubahan Iklim dan bencana alam lainnya, dan peningkatan nilai tambah serta daya saing produk secara berkelanjutan.

Melalui implementasi pembangunan berkelanjutan seperti diuraikan diatas, niscaya pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan bakal mampu mensejahteran seluruh warga dunia secara adil, dan secara simultan dapat memelihara daya dukung, kualitas, dan kelestarian lingkungan hidup.

Artikel telah terbit di Koran SINDO edisi 7 Juni 2021 dan SINDO.COM 4 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun