Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... -

anggota masyarakat biasa yg tertarik pada bidang: sosial, budaya/seni, dan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tidak Mudah Mencari Sosok Pemimpin yang Tangguh

31 Januari 2014   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di negara ini banyak orang yang "merasa pandai" dan "merasa jagoan" , kenapa saya mengatakan "merasa" ?  Ya karena dibalik kepandaian nya itu terdapat pula " kepandaian-kepandaian lain " yang mengiringinya. Pandai memimpin, pandai berargumen tetapi pandai juga menipu, mengelabui rakyat hanya untuk kepentingan mencari "kekuasaan" bukan sekedar jabatan, sebab dengan memiliki kekuasaan itu dia bisa memperoleh "yang lain" dari sekedar memimpin. Bukti-bukti sudah banyak, bahwa pejabat atau pemimpin yang terjerat korupsi, memperkaya diri, main suap serta mendapat berbagai gratifikasi. Rakyat janganlah merasa senang dulu dengan ditangkapnya para koruptor itu, walaupun kita sudah sepatutnya menghargai para penegak hukum di negeri ini yang sudah bekerja semampu mereka.  Saya yakin tidak menutup kemungkinan para kandidat/calon pejabat diam-diam mereka semakin belajar semakin ancang-ancang dan mempelajari bagaimana cara menjalankan korupsi dan semacamnya agar tidak tertangkap agar tidak ketahuan oleh pihak manapun, bisa jadi akan menciptakan "bentuk-bentuk korupsi modern" .... nah inilah "kepandaian" yang saya maksudkan, sangat berbahaya.  Saya sendiri masih kurang yakin bahwa para koruptor itu akan lenyap begitu saja. Namanya juga berpolitik, tak ada habisnya mencari cara dan aksi yang semakin rapi dalam mengemasnya.

Filosofi tentang Pencuri adalah hal yang paling mudah untuk mengilustrasikan, pencuri jika tertangkap bisa tewas dihajar massa atau dipenjarakan, tetapi bagi para pencuri itu diangapnya tantangan, dan para pencuri itu semakin belajar trik-trik agar tidak mudah ditangkap agar tidak sampai tertangkap, maka walaupun sanksi seberat apapun, toh pencuri tidak pernah habis, tetap saja ada.  Sebab semakin dibuat peraturan, maka semakin banyak pelanggarnya, sebab segala peraturan hukum itu tidak akan berlaku jika tidak ada para pelanggarnya.  Nah ini sangatlah dibutuhkan suatau "pendekatan khusus" dari seorang pemimpin sejati yang memiliki jurus2 mensejahterakan rakyat serta mampu menerapkan budaya hidup rukun , aman tentram dan damai. Para pencuri tidak bisa hanya  diancam dengan berbagai hukuman, namun harus diselesaikan mungkin dengan "jurus2 ampuh tertentu" entah apa itu ...  yang jelas itulah salah satu tugas pemimpin.

Ini sudah hukum alam, ibarat Nyamuk atau Lalat yang mengganggu kehidupan manusia..... semakin nyamuk/lalat itu dibasmi dengan DDT maka semakin banyak jumlah nyamuk/lalat yang hadir di kemudian hari bahkan nyamuk/lalat  yang hadir di generasi berikutnya adalah nyamuk/lalat yang "tahan terhadap DDT" sehingga membasminya harus dengan kadar DDT yang lebih ampuh. Bijaksananya Kita harus berbudaya hidup bersih, tidak jorok dan sadar jika lingkungan sudah padat jangan berhimpit2 an... maka nyamuk dan lalatpun juga mengerti akan hal itu.   Filosofi lain sama halnya "rumput liar" yang selalu tumbuh dihalaman rumah, semakin di babad .... semakin lebat mereka tumbuh, sampai sampai ada seorang bijaksana berpendapat: "Tidak perlu lah kamu menggerutu karena rumput liar itu, melainkan buatlah agar dirimu tidak merasa terganggu dengan rumput2 liar itu... maka masalah selesai"

Sekarang kembali berbicara tentang pemimpin, adakah sosok pemimpin yang benar-benar memiliki figur pemimpin sejati? memihak pada kepentingan seluruh rakyat, bijaksana serta memiliki "hati" dan "jiwa" kepahlawanan yang artinya, bekerja untuk kepentingan dan kesejahteraan bangsa dan negara ini. Jika tidak ada ketulusan seperti itu, seharusnya orang-orang yang "nyapres" itu enggak usah lah ikut2an nyapres segala, mbok yao... tahu diri, kita memliki budaya yang sangat tinggi, sopan santun tak tertandingi, jangan dirusak oleh karenanya.  Seharusnya jika melihat tugas-tugas Presiden itu sangat berat dan memerlukan "banyak pengorbanan pikiran dan waktu untuk mengurusi bangsa dan negara" semestinya jarang yang mau menjadi Presiden, sudah tahu tugasnya berat kok.... Nah ini yang terjadi malah berlomba-lomba pada ingin Nyapres? Jadi timbul berbagai pertanyaan akan hal ini : " Apa sih untungnya jadi Presiden yang baik dan benar?".  "Apakah orang yang nyapres  itu benar mampu jadi Presiden?". " Ataukah ada sesuatu yang dicari atau yang diinginkan (terkait  dengan kepentingan pribadi) dengan menjadi Presiden?". Perilaku seperti inikah yang mencirikan jiwa asli bangsa Indonesia?

Di Jawa ada budaya "ewuh" yang artinya memiliki rasa tahu diri atau introspeksi yang dalam. Semakin pandai seseorang seharusnya semakin pandai pula menyimpan kepandaian nya, bukan malah memamerkan nya atau bahkan menyombongkannya di hadapan publik. Inilah bentuk pola pola perilaku yang bertentangan dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia. Berkaitan dengan itu, hendaklah memilih pemimpin yang tidak memamerkan kepandaiannya , tetapi kita memilih orang yang memiliki karisma pemimpin bukan dengan kepandaian nya bicara tapi dengan melihat "ketulusannya bekerja untuk rakyat". Satu hal lagi yang cukup penting bahwa jika seandainyapun terpilih sosok pemimpin yang benar2 tulus dan bekerja untuk rakyat, bangsa dan negara ini tanpa pamrih, inipun tidak berarti persoalan bangsa dan negara ini segera terselesaikan, karena kondisi yang sudah "rusak berat" di segala aspek untuk pembenahan nya butuh waktu yang tidak sedikit, dan  butuh proses tahap demi tahap perbaikan di segala aspek itu diwujudkan. Maka dari itulah sebenarnya "tugas berat" bagi pemimpin sejati untuk negeri ini, maka harap jangan berebut menjadi pemimpin. Nah apa kira kira jadinya negara kita jika tidak mendapat pemimpin yang "benar" ...... ??? Mohon orang orang yang sudah ngetop dan merasa sudah pandai berfikirlah dalam dalam, gunakan:  rasa kemanusiawianmu, hati nuranimu, jiwa besarmu dan rasa rela berkorbanmu.... jika anda  ingin memimpin negeri ini.

Saya sebagai anggota masyarakat biasa hanya bisa berdoa agar kedepan negara ini memiliki seorang pemimpin yang mampu meningkatkan segala aspek kehidupan mampu menerapkan budaya budaya positif asli  bangsa ini walaupun ini sangat berat baginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun