Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... -

anggota masyarakat biasa yg tertarik pada bidang: sosial, budaya/seni, dan ilmu pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komentar untuk "Komentar"

3 Mei 2014   17:27 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah seringkali saya mengamati berbagai "komentar" yang sering dilontarkan oleh para komentator di negara kita ini. Komentar komentar yang saya maksudkan terutama adalah yang terjadi pada Tulisan-tulisan yang berkaitan dengan politik/korupsi/hukum atau hal-hal yang mengandung kenegatifan secara hukum. karena umunya tulisan yang netral misalnya mengenai kesehatan/pendidikan/kesenian.ilmu pengetahuan tidak memicu kehadiran komentar yang kurang berkualitas.

berkaitan dengan itu maka yang menarik untuk disimak terletak pada :

01. Bahasanya :  memang orang bebas berkomentar menggunakan bahasa gaul bahasa sehari-hari ataupun bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Komentar yang tersurat itu sedikitnya mencerminkan karakter penulis komentar tersebut, Jika emosional, mungkin akan melontarkan berbagai kata kata kasar atau bahkan tidak senonoh, atau kata kata yang mengandung kebencian. Jika setuju mungkin akan menampilkan bahasa yang lebih enak diengar. Yang menjadi pertanyaan:  Apakah memang orang orang yang berkomentar itu tidak mengerti "etika" berbahasa dan bersopan santun dalam bertutur kata? sebab saya yakin sudah pasti mereka berpendidikan semua. ataukah semasa dalam pendidikan disekolah tidak diajarkan "cara bertutur kata yang baik dan benar?. Sebab saya yakin jika tidak dimoderasi akan banyak kata-kata "tidak pantas" bermunculan dimana mana.

02.  Substansinya : Jika kapasitas isi komentar tidak relevan atau hanya kalimat singkat yang tidak jelas, misalnya hanya menulis kata pendek  "wkwkwk" tanpa ada kalimat berikutnya,  atau hmmm ...  atau hahaha ..., walaupun tidak dipersalahkan, tetapi samasekali tidak menunjukkan bobot dalam pemberian pendapat jika hanya menulis seperti itu saja tanpa ada pendapatnya. Dan selain itu ada pula yang nulis nya panjang lebar tapi isinya tidak relevan dan tidak terkait pada isi yang dibahas.

03. Unsur SARA : Ini yang sangat tidak diharapkan, terlalu menonjolkan urusan agama/kelompok, yang mana sudah barang tentu masalah seperti ini tidak akan ada habisnya jika diperdebatkan... tapi kok ya masih saja dilontarkan... sehingga hanya berkesan " Menang2 an omong saja" tanpa refleksi - introspeksi dan manifestasi dari apa yang dilontarkan nya? Implementasi atau praktek dalam kehidupan sehari hari lebih penting daripada hanya berkata kata apalagi hanya berkata kata dalam kolom komentar saja, yang samasekali tidak ada manfaatnya. Pertanyaannnya: Mengapa hal seperti ini masih banyak terjadi? tentunya orang berpendidikan pasti memiliki "kebijakan" untuk mampu membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang sopan dan tidak sopan atau pantas dan tidak pantas..... mengingat budaya asli Bangsa Indonesia adalah : memiliki jiwa rendah hati, mau mengalah untuk kebenaran dan tidak mengandalkan "okol" tetapi "akal sehat".

04. Teladan para Pemimpin :  Ketransparanan Media di zaman sekarang bisa berdampak positif dan berdampak negatif. Hal ini seharusnya dari pihak masyarakat berpandai pandailah dalam memilah dan meneladani hal-hal yang bermutu, bukan asal meniru asal mencemooh dan akibatnya melontarkan komentar yang asal asalan mencemooh, atau meniru "gaya bicara" para pemimpin yang kadang merekapun (walau berjabatan tinggi/berpendidikan) tetapi gaya bicaranya masih seperti orang yang kurang mengerti etika kesopanan. Tindakan para pejabat kadang bisa memancing emosi masyarakat, hingga melontarkan komentar-komentar yang tidak berkualitas dari segi bahasa dan bobot komentarnya. Maka hendaklah jangan menirunya, hargailah ketransparanan media sebagai suatu pembelajaran bagi kita agar lebih bijaksana dalam bersikap dalam kehidupan sehari hari.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, harus mampu mencerminkan hal-hal yang baik pula dalam bertutur kata dan berbahasa, sehingga mampu mengangkat "Harkat dan Martabat bangsa ini" Cerminan moral, kualitas masyarakat yang memang baik  akan mendukung terciptanya Bangsa Indonesia menuju ke kemajuan yang positif, maka Janganlah merusak dengan menunjukkan kalimat kalimat yang memalukan atau tidak berkualitas, yang tidak baik ya jangan ditiru, dan jangan dijadikan modal sebagai alasan untuk berbuat yang tidak baik.

Niscaya bangsa ini benar-benar Bangsa yang bermartabat Tinggi, bangsa yang besr, punya kualitas masyarakat yang berakal sehat dan tidak memalukan "dunia Pendidikan" yang telah menjadikannya manusia manusia tangguh bermutu dan bermoral tinggi.

Ingat bahwa pendidikan adalah upaya "memanusiakan Manusia" maka Sudah menjadi manusiakan diri anda? ataukah belum cukupkah Pendidikan menjadikan anda sebagai Manusia? atau memang seperti itukah memang manusia seharusnya? Hanya akal sehat yang bisa menjawabnya dengan benar.

Sebagai gambaran: Cobalah baca berbagai komentar di berbagai situs terutama komentar komentar untuk kasus politik/korupsi/hal2 yang negatif. memang untuk Postingan yang Netral misalnya tentang artikel kesehatan kesenian atau Ilmu Pengetahuan jarang dijumpai komentar2 negatif

Pertanyaannya : Berapa Persenkah Komentar komentar itu yang bisa dikategrikan bermutu?  (apalagi jika tidak dimoderasi) ditinjau dari segi bobot /isi , bahasa dan pemilihan jenis katanya? Tolok Ukurnya adalah norma atau etika dalam menyampaikan pendapat yang tentunya sudah diajarkan ketika duduk di bangku sekolah baik SD,SMP, SMA atau PT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun