Menengah-bawah
36 juta-60 juta
Bawah
<36 juta
Menurut analisis Keynesian, kedua kelas terbawah memiliki marginal propensity to consume (MPC) yang paling besar. MPC yang besar mengindikasikan bahwa mayoritas tambahan pendapatan disposabel akan digunakan untuk kegiatan konsumsi. Lantas, kegiatan inilah yang menciptakan Efek Multiplier dalam perekonomian.
Berikut adalah rumus dari Efek Multiplier tersebut
Government Expenditure Multiplier = 1/(1-MPC) = 1/MPS
Dari rumus di atas, didapatkan bahwa semakin besar MPC, semakin besar pula Efek Multiplier. Maka dari itu, memberikan bantuan pendapatan kepada kelas menengah-bawah akan memberikan Efek Multiplier yang besar. Akibatnya, perekonomian secara makro akan menerima dorongan pertumbuhan yang maksimal.
Akan tetapi, efeknya tidak berhenti di sini. Insentif ini juga menahan pelebaran kesenjangan ekonomi karena krisis COVID-19. Pertahanan ini diperlukan agar tidak terjadi gejolak sosial yang membahayakan pertumbuhan jangka panjang.
Seperti yang kita ketahui, pandemi COVID-19 menyapu habis pendapatan tenaga kerja (labor income) dari banyak orang. Sapuan ini terjadi karena maraknya PHK dan pembatasan kapasitas produksi sebagai implikasi pembatasan sosial. Bagi kelas menengah-atas dan atas, sapuan ini tidak terlalu berdampak. Mereka memiliki non-labor income dari aset-aset yang cukup banyak.
Hal yang sebaliknya terjadi kepada kelas menengah-bawah dan bawah. Kelompok ini hidup dari labor income. Jumlah aset produktif mereka belum cukup besar dalam memberikan non-labor income yang memadai. Sehingga, terjadinya PHK atau pengurangan gaji karena COVID memiliki dampak yang besar untuk penghidupan mereka.