Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya
Jadi, eksepsionalisme bukan cara pandang yang dimonopoli Amerika Serikat semata. Setiap bangsa memiliki kualitas eksepsional masing-masing. Sehingga, setiap bangsa pasti memiliki eksepsionalisme. Tanpanya, sebuah bangsa akan kehilangan bahan bakar yang membuatnya solid dan bersemangat.
Akan tetapi, apakah eksepsionalisme ini boleh dinyatakan? Jawaban penulis adalah boleh. Namun, ada satu syarat yang harus dipahami oleh setiap individu yang melakukannya. Apa syarat tersebut? Jangan rendahkan negara, bangsa, atau ras lain. Kita ini unik, bukan superior.
Kalimat seperti Deutschland uber alles, uber alles in der welt (stanza pertama Deutschlandlied) adalah contoh eksepsionalisme yang kelewatan. Artinya dalam bahasa Indonesia: Jerman di atas segalanya di dunia. Artinya, bangsa, negara, bahkan ras lain dinyatakan lebih rendah secara eksplisit. Ekspresi ini begitu kelewatan sampai pemerintah Jerman melarangnya setelah Perang Dunia Kedua.
Ini berbeda dengan kasus Presiden Trump. Ketika Beliau menyatakan bahwa America is the greatest country in the world, tidak ada pernyataan bahwa pihak lain lebih rendah. Herannya, banyak orang merasa terserang dengan pernyataan ini. Penulis tidak tahu apakah ini disebabkan oleh pernyataan atau si pembuat pernyataannya. Tetapi, kemarahan ini jelas aneh dan politically-motivated.
Sebagai warga negara dan presiden AS, Beliau menyatakan kecintaan terhadap identitas bangsanya. Begitu pula dengan kebanggaan yang tinggi atas apa yang dicapai AS selama 244 tahun merdeka. Apa salahnya? He's proud of his nation and he's not ashamed to admit it.
Seharusnya, eksepsionalisme itu mengalir lintas golongan dan warna politik. Ideologi dan prinsip boleh berbeda. Tetapi, kita harus bersatu padu dalam kecintaan terhadap bangsa tempat kita bernaung. Sayangnya, suasana politik yang semakin divisive merusak aliran ini.
Kelindan inilah yang harus kita bangun kembali. Sehingga, kebangaan terhadap bangsa dan negara masing-masing bisa kembali memantik semangat kita. Khususnya semangat untuk menjaga perdamaian sebagai bagian dari peradaban global.