Tiga hari lalu, Jenderal pasukan Iran Quds, Qasem Soleimani dibunuh oleh Amerika Serikat (AS). Setelah eksekusi, Presiden AS Donald Trump pun memberi keterangan soal alasan pembunuhan ini.
"Soleimani was plotting imminent and sinister attacks on American diplomats and military personnel, but we caught him in the act and terminated him," tandas Presiden Trump (Whitehouse.gov, 2020).
Artinya, Soleimani sebagai pemimpin pasukan elit Quds dianggap menyerang warga AS duluan. Sehingga, pemerintah AS merasa berhak untuk membunuhnya.
Sebagai negara adidaya, AS memang terkenal akan penghargaan yang tinggi terhadap kehidupan tiap warga negaranya. Every American life is precious and should be defended at all cost menjadi premis yang berlaku.
Selain itu, AS juga menganut prinsip yang disebut orang Betawi sebagai, "Elu jual, gua beli!" Masih ingat dengan pernyataan Presiden Bush Jr. setelah 9/11? "None of us would forget this day, yet we go forward to defend freedom," kata Beliau (nbcnews.com, 2019). Lantas, War on Terror pun dimulai.
Upaya aktif untuk menjaga American Values inilah yang memancing tindakan AS menjadi polisi dunia (world policemen). Sebagai negara, AS mengintervensi urusan politik negara lain agar sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Tindakan yang diambil pun berbagai macam. Mulai dari mendanai politisi pro-AS, membantu upaya penggulingan rezim anti-AS, sampai membunuh tokoh-tokoh yang melawan AS. Qasem Soleimani adalah salah satunya.
Melalui tindakan tersebut, AS berharap bahwa dunia dapat menjadi tempat yang lebih bebas. Mengapa? Sebab American Values memiliki nilai kemerdekaan (liberty) dan demokrasi sebagai akarnya.
Sehingga, nilai-nilai tersebut bisa disebarkan dan dilaksanakan oleh bangsa-bangsa lain. Persetan dengan cara yang ditempuh! Bahkan, Irak saja "dipaksa" menjadi sebuah negara demokrasi setelah Saddam Hussein dibunuh.
Ironisnya, para Bapak Bangsa Amerika Serikat justru menginginkan peranan yang berbeda. Mereka tidak menginginkan sebuah kebijakan luar negeri yang intervensionis dan polisional. Justru, mereka menginginkan sebuah pendirian yang isolasionis. Simak saja pernyataan dari George Washington berikut ini (avalon.law.yale.edu, 2008):
It is our true policy to steer clear of permanent alliances with any portion of the foreign world... I repeat it, therefore, let those engagements be observed in their genuine sense. But, in my opinion, it is unnecessary and would be unwise to extend them.Â