"Anak Betawi, ketinggalan jaman, katenye..."Â
Masih ingat dengan kutipan lagu ini? Penulis yakin, kebanyakan kita masih mengingatnya. Ia berasal dari OST. Si Doel Anak Sekolahan (SDAS). Sebuah sinetron legendaris yang tetap dikenang sampai sekarang.
Status legenda ini dibuktikan dari kenangan publik yang masih melekat. Kalau tidak, bagaimana mungkin kisah ini terus dilanjutkan? Dari Si Doel Anak Pinggiran sampai Si Doel The Movie 2, kisah yang diangkat bisa dilacak sampai ke SDAS. Bahkan, penulis berpendapat bahwa seluruh lanjutan serial Si Doel adalah upaya revival SDAS.
Siapa yang bisa lupa ketika Babe Sabeni berteriak kegirangan waktu Doel lulus jadi "tukang insinyur"? Ketika Atun kejepit tanjidor? Atau ketika Mandra berceloteh jenaka tentang hidupnya yang apes? Momen-momen tersebut membentuk kenangan publik akan SDAS sebagai sebuah tontonan.
Lantas, mengapa SDAS menjadi legendaris? Ia menjadi legendaris karena sarat akan pelajaran kehidupan. Mulai dari pelajaran soal percintaan sampai keberanian untuk bermimpi. Semuanya ada.Â
Hebatnya, semua itu dikemas secara unik, lucu, namun eksploratif. Penonton pun tidak merasa digurui dan mampu mengambil pelajaran kehidupan sesuai perspektif masing-masing.
Tetapi, ada pelajaran yang jarang dilihat oleh penonton SDAS. Bahkan oleh die-hard fans seperti penulis. Apa pelajaran tersebut? Pelajaran soal politik. Semestinya, para politisi kita belajar dari SDAS. Khususnya dari tiga karakter penting dalam sinetron ini.
Karakter pertama adalah Doel. Sosok yang diperankan Rano Karno ini adalah pusat seluruh cerita yang terjadi. Mulai dari perjuangan menjadi sarjana, mencari pekerjaan, sampai memilih di antara dua wanita.Â
Perjalanan hidupnya menjadi tema sentral SDAS. Kelebihan terbesar tokoh ini adalah karakter penting yang (harusnya) dimiliki oleh politisi-politisi kita. Apa kelebihan tersebut?
"Kalo bisa Abang sama kayak gua Bang. Punya prinsip," tandas Doel kepada Mandra yang galau akan Munaroh. Sebagai pribadi, Doel memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam menjalani kehidupan dan konsisten menjalankannya. Meskipun konsistensi itu sering membawa kesulitan, Doel tak gentar. Ia terus berjalan selurus-lurusnya.