"Everything about Indonesia is remarkable. A state created out of sime 17.000 islands, a mix of races and religions, based on an artificially created philosophy -- the five principles of Pancasila -- it is a marvel that Indonesia has been kept together at all." (Thatcher, 1995:503).
Kutipan di atas adalah sebuah pernyataan yang dituliskan oleh Margaret Thatcher dalam autobiografi politik pertamanya, The Downing Street Years. Beliau berpendapat bahwa Pancasila adalah sebuah filosofi yang diciptakan secara artifisial. Artinya, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah sebuah filosofi ciptaan manusia semata. It doesn't come from first principles nor reality.Â
Penulis sendiri adalah seorang penggemar berat dari Margaret Thatcher. Beliau adalah seorang pemimpin yang berani, berkeyakinan, bahkan revolusioner. Banyak insan di dunia ini terpengaruh oleh pemikiran Beliau, Thatcherism. Penulis adalah salah satu diantaranya.Â
Tetapi, apakah pendapat Beliau tentang Pancasila benar? Most of the time, I see eye to eye with Baroness Thatcher's opinion. Namun, sebagai seorang manusia Indonesia, penulis berpendapat bahwa opini Beliau tentang Pancasila tidak benar. Mengapa demikian?Â
Pertama, mari kita kaji lagi proses pembentukan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pancasila itu sendiri dicetuskan oleh Ir. Sukarno, Pemimpin Besar Revolusi kita. Beliau sendiri memiliki gaya politik dan kepemimpinan yang mirip seperti Margaret Thatcher. Sampai-sampai  ada sebuah judul artikel yang berbunyi, "Kharisma Thatcher di Sana, Mirip Bung Karno di Sini". Â
Oke, kembali ke proses pembentukan Pancasila. Sukarno sendiri menemukan ilham ideologi Pancasila di depan rumah pengasingannya di Ende, Flores. Sebatang pohon sukun di depan rumah pengasingan menjadi saksi bisu terciptanya Pancasila. Lantas, bagaimana proses penciptaan Pancasila sebagai ideologi terbuka? Bung Karno sendiri memberikan jawaban yang sangat jelas (Adams, 2014:240).Â
"Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanya menggali jauh ke dalam bumi kami tradisi-tradisi kami sendiri dan aku menemukan lima mutiara yang indah."Â
Lebih lanjut, Bung Karno mengulang kembali doa yang Beliau haturkan pada malam sebelum memaparkan Pancasila di depan Sidang BPUPKI I.Â
"Aku tahu, pemikiran yang akan kusampaikan bukanlah milikku. Engkaulah yang membukakannya kepadaku. Hanya Engkaulah Yang Maha Pencipta. Engkaulah yang selalu memberi petunjuk pada setiap nafas hidupku. Ya Allah, berikan kembali petunjuk serta ilham-Mu kepadaku."Â
Pertama, Sukarno dengan jelas dan tegas menyatakan Beliau bukan pencipta Pancasila. He didn't create something from nothing. Apa yang Beliau lakukan adalah menggabungkan nilai-nilai dari tradisi yang mengakar dalam bangsa Indonesia. Nilai-nilai itulah the first principles yang membentuk Pancasila sebagai ideologi yang koheren. Â
Kedua, tradisi-tradisi Bangsa Indonesia sendiri adalah sesuatu yang benar-benar ada. Ia ada dalam realita kehidupan kita sehari-hari. "Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu perkataan Indonesia tulen, yaitu perkataan gotong-royong," tutup Sukarno dalam pidatonya (Adams, 2014:242).Â