Aku hanya mengangguk. Â Sembari sekilas melihat ke deratan 3 jam weker yang beberapa hari lalu aku lihat ada di rumah untuk diperbaiki. Â Abah memang seorang tukang reparasi alat elektronik dan barang apapun yang bisa diperbaiki saat di rumah. Â Kegiatan yang ditekuninya sejak lama.
Mengajar dan servis alat-alat elektronik, itu keahlian abah. Â Selain kepiawaiannya yang lain yaitu memainkan gitar dan biola, secara terbalik karena kidalnya. Â Hal yang membuatku menyesal sampai sekarang kenapa tak mempelajarinya selagi biola warisan kakek masih tersimpan di rumah dan sesekali dimainkan di ruang tengah. Â Di samping lemari kecil terkunci, yang saat lengah terbuka aku lihat salah satu isinya adalah kaset istimewa, instrumental biola Idris Sardi.
Itulah sedikit memori di 1988. Â Tentang abah yang telah tiada empat hari yang lalu. Â Yang menyempatkan mengunjungiku dalam mimpi, sekali saat beberapa hari sebelum abah berpulang, dan satu kali beberapa jam setelah abah tiada.
Kenangan-kenangan itu abadi, bersama kenangan lain. Â Aku tak bisa tak menuliskan lintasan-lintasan memori yang hadir berkelebatan saat ini. Â Saat aku lagi rindu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H