3. memutar
Siang sedang panas-panasnya, tigapuluh dua derajat yang tak biasa.  Dua sosok itu duduk berusaha menikmatinya di bawah delonix yang menggugurkan beberapa kuntum merahnya ke bumi. Taksa bersila, Arunika menyilangkan kedua kakinya.
".. kamu masih ingat prinsip inersia?.." Â tiba-tiba saja Arunika bertanya, sembari mencabut anak daun rumput di sela duduk mereka.
".. Newton pertama, kenapa gitu?.." Taksa menjawab sebisanya, sembari mengingat-ingat mata kuliah Fisikanya yang harus diulang lagi tahun depan.
".. kita ini apakah wujud dari hukum itu?"  Seperti tanpa beban saja tanya itu.  Taksa mengerutkan keningnya, mendelik ke arah gadis yang memang suka semua-maunya menginterpretasikan apa yang ada dalam pikirannya, tanpa ada peringatan apa-apa, kapan pun dia mau.
".. aku pusing, jelaskan aja gitu.." sahutnya singkat. Â Yang ditanya malah menatap jejatuhan bunga merah yang dihepas angin lewat.
"Semua sudah pada tempatnya yang tepat di dunia ini. Â Aku membacanya begitu.."
"Kecuali ada sesuatu yang menggerakkannya?'
"Iya. Â Jadi, menurutmu, kita ini inersia?.."
"Awalnya begitu, sampai ada velocita.."Â
Gantian Arunika yang mengernyitkan keningnya.
"Maksudmu?"
Yang ditanya hanya senyum-senyum saja. Tapi pikirannya kembali, ke satu scene saat dirinya malam-malam kehujanan dan minta izin berteduh dengan gadis yang ada di sampingnya.
"Hey.." Ada satu kaki yang menyentuh pelan kakinya. Â Taksa tak peduli, seakan-akan menikmati lorong waktu dalam ingatannya.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H