Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanpa Smartphone, Manusia Tetap Akan Hidup dan Cerdas

11 Agustus 2024   01:04 Diperbarui: 11 Agustus 2024   01:04 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: freepik.com

Aku termasuk salah satu saksi perubahan teknologi di dunia ini.  Sedari telepon masih pakai kabel, terkadang menggunakan koin di telepon umum.  Sampai akhirnya disekitar tahun 1999 saat di Malang, terkagum melihat seorang kawan kesana kemari membawa kotak berisikan telepon genggam yang lebih berharga dari apapun.  Semakin mahal nilainya karena sampai awal tahun 2000-an, harga pulsa begitu mahal, malah sempat ada biaya roaming antar wilayah segala.

Telepon genggam saat itu masih berlayar monokrom, sampai bermunculan smartphone dengan layar warna di akhir 2005.  Akupun baru bisa mencicipi kecanggihannya saat bisa membelinya dari sisa beasiswa saat kuliah di Surabaya.  Saat akhir kuliah itu pula, kembali terkagum melihat perangkat bernama PDA (Personal Digital Assistant) punya pembimbing tesisku.

Tapi masa itu smartphone hanyalah pegangan orang-orang terbatas karena harganya yang jauh tak terjangkau, selain koneksi internet di telepon genggam juga masih belum bisa dinikmati secara maksimal.

Setelah itu teknologi smartphone tak terbendung sejak munculnya teknologi layar sentuh, kuota internet yang sudah tersedia dimana-mana dan harganya juga terjangkau.

Smartphone akhirnya hal yang biasa dan bukan lagi hal yang mewah saat ini.

Selama perubahan teknologi itu, aku mafhum bahwa bagaimanapun smartphone hanyalah alat bantu.  Sekarang mungkin lebih sebagai alat hiburan.  Perangkat untuk bersosialmedia, menghubungkan antar manusia, atau sebagai media anak-anak muda bermain game online.

Akhirnya fungsi utama smartphone untuk menelepon, seakan bergeser. Walaupun masih saja ada yang menghubungi orang lain hanya menggunakan suara, toh seringkali menggunakan aplikasi yang menggunakan kuota alih-alih pulsa.

Walaupun demikian, paling tidak aku masih menemukan orang yang tetap menggunakan telepon sesuai khittahnya yaitu untuk menelepon dengan suara dan sesekali menerima dan berkirim pesan dengan fasilitas SMS (short messages service).

Orang pertama yang masih menggunakan telepon genggam sesuai fungsi dan namanya adalah pembimbing disertasiku.  Tak ada jalan lain untuk janji ketemu saat bimbingan disertasi, selain melalui jalur telepon dan SMS.  Sampai aku lulus beliau masih segar bugar tak kurang suatu apa.  Sama sekali tak terpengaruh dengan benda bernama smartphone.

Orang kedua yang aku kenal tak menggunakan telepon pintar adalah rekan kerja.  Menghubunginya juga sama, hanya ada tiga cara: menelpon, kirim SMS atau bertemu langsung.  Klasik dan hidup tetap berjalan seperti biasa.

Menurutku, justru hidup tanpa jaringan internet akan lebih tenang.  Jauh dari kebisingan warta dan hal-hal tak penting yang dibawa arus media, atau media sosial yang tak berkesudahan.  Malah bisa fokus dengan hal-hal lain selain masalah fana di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun