Saat mendengar kata 'mata air', ingatan saya pasti melayang ke Oktober 2014, saat bersama beberapa kawan bersepeda menuju ke Klangon, sisi selatan Gunung Merapi dalama rangka mengikuti idenya mas Bayu dan Wijna yang memang suka sekali mendatangi tempat-tempat unik di sekitar Jogja.
Sebenarnya kisah perjalanan ini sudah pernah diceritakan dengan sangat lengkap di blognya mas Wijna, tapi saya ingin menceritakannya kembali dari sudut pandang yang lain.
Dalam perjalanan bersepeda yang memerlukan waktu sekitar 12 jam pulang pergi itu, kamu berdelapan (saya, mas Bayu, Wijna, Radith,Timin, Saktya, Jeje dan Rizka) menyinggahi 3 sumber air. Â Satu berupa embung, semacam waduk penampungan air yang banyak terdapat di beberapa titik di Jogja. Â Satu berupa sumur warga, satunya lagi adalah tujuan utama berupa sumber air yang posisinya di antah berantah Merapi.
Mata air yang berupa sumur itu, seperti halnya di beberapa tempat yang saya temui, adanya di dekat pohon Ficus benyamina alias beringin. Â Pohon ini memang mempunyai kemampuan menjaga cadangan air dalam tanah, sumur dengan pohon beringin di sampingnya ini pun saya temukan lagi saat bersepeda ke arah gua Kiskendo beberapa waktu kemudian.
Perakaran yang dalam dari pohon memang membantu mempertahankan keberadaan mata air, beringin memiliki ciri pohon dengan kriteria begitu. Â Bisa dikatakan keberadaan pepohonan juga memicu munculnya mata air baru atau mempertahankan keberadaan mata air yang telah ada.
Setelah melewati sumur mata air warga tersebut, akhirnya kami pun berjalan kaki dari parkiran Klangon menuju jurang di arah timur. Â Saat itu, mata air Bebeng rupanya baru saja diselamatkan dari timbunan erupsi Merapi di tahun 2010. Â Kami sempat kebingungan mencari sumber mata air dimaksud.
Hingga akhirnya menemukan sumur beton di tengah-tengah jurang yang penuh pasir dan batu, ternyata di situlah mata air dimaksud berada. Â Sumur yang cukup dalam itu berisikan air yang tampaknya sangat bersih, dan sebelum erupsi dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan warga desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan.
Posisinya yang berada di tengah-tengah jurang memang sangat unik sekaligus mengkhawatirkan jika sewaktu-waktu ada bencana susulan yang mungkin menutup mata air tersebut. Â Kondisi terakhir mata air Bebeng dipelihara untuk pasokan warga dengan mengoptimalkan program Pamsimas, walau sekitar tiga tahun yang lalu mata air ini sempat tertutup material lahar Merapi sampai sedalam 10 meter.
Jadi begitulah. Sumber air kadang ditemukan di titik-titik yang cukup jauh dari permukiman. Â Usaha-usaha untuk menjaga mata air tersebut biasanya terus diusahakan untuk warga karena menopang kehidupan mereka secara langsung. Â Smoga pihak-pihak lain turun menjaga keberadaan sumber mata air dimanapun adanya.
Salah satunya adalah dengan cara menjaga kelestarian vegetasi dan ekosistem di sekitar mata air.