Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pada Napas yang Menghilang

13 Maret 2024   10:21 Diperbarui: 13 Maret 2024   10:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: wallpaperflare.com

Tell me how I`m supposed to breathe with no air?
Can`t live, can`t breath with no air
That`s how I feel whenever ain`t there
-jordinsparks-

Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Aksara, selain menginjakkan kaki di jalan yang permukaannya dilapisi air hujan.  Kota tua itu sedang dingin dalam diniharinya.  Stasiun yang hanya beberapa ratus langkah itu terasa semakin ringan.  Rindu yang ditunggunya melambat sedikit dari jadwal seharusnya.

Pantulan lampu jalan meningkahi langkah yang memburu tak sabar.  Hujan sepertinya belum rela untuk memutus mata airnya, masih ada rintik sedikit saat sepasang kakinya mendekati pintu keluar di sisi barat.

Senyumnya mengembang saat melihat empat roda yang menopang koper kotak berwarna tosca itu diseret menuju ke arahnya.  Pemiliknya tersenyum ditahan-tahan.  Namun akhirnya tak sabar menghambur ke arahnya.

Dinihari itu adalah tanggal 13 ke sekian.  Yang entah bagaimana selalu menjadi titik waktu pertemuan mereka.  Rindu memerah mukanya seperti biasa, dan hanya mengangguk pelan saat ditanya "Capek?".

Berjalan beriringan menuju ke arah selatan.  Jejeran kursi besi yang rata-rata ditiduri oleh penumpang kereta yang kelelahan menunggu pagi datang. Baru saja memutuskan untuk menyeberang jalan.  Hujan yang tadinya jinak kembali menjadi liar tak terendali. Deras sederasnya.

Tapi manalah mereka peduli.  Dingin terkalahkan oleh hangat yang menjalar dari tangan yang saling erat tergenggam.  

***

Dulu.  Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Aksara, selain menikmati jalan yang terlapisi air hujan. Sekarang pun begitu.  Tapi tak ada lagi yang ditunggunya.  Stasiun terasa suram dan sepi.  Walau ratusan orang bergerombol menuju pintu keluar.

Tak ada lagi koper tosca dan pemiliknya yang menyeretnya sembari tersenyum malu-malu.  Tak ada lagi hangat yang menjalar dari titik pertemuan kedua telapak tangan yang tak ingin lepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun