Tak jauh dari situ terdapat perkampungan yang diberi nama Kampung Pelangi. Â Mungkin terinspirasi kampung bernama sama yang ada di kota Malang.
Sesuai namanya, kampung Pelangi relatif warna warni. Itu karena beberapa bagian dari perkampungan seperti jembatan, pagar jembatan, dinding rumah warga, dicat meriah, beberapa malah diberi lukisan yang menarik untuk dilihat.
Di pertengahan perjalanan menyusuri bantaran sungai Kemuning, juga terdapat taman yang cukup asri. Â Dibangun atas kerjasama dengan pihak swasta. Â Karena letaknya di tengah kampung warga, maka kondisinya relatif cukup terjaga. Â Ada mini gym juga di tengah taman kecil yang otomatis menjadi ruang terbuka hijau (RTH) tersebut.
Tak seberapa jauh dari taman kota tersebut, sekira satu kilometer ke arah timur, maka bertemulah dengan titik hulu di jembatan kembar yang berada di jalan Mistar Cokrokusumo, tapi biasa pula disebut daerah Sungai Besar. Â Sebelum sampai titik tersebut, nanti akan melewati perlintasan jalan yang menuju kampus Universitas Lambung Mangkurat, kampus tertua di bumi Kalimantan.
 Menyusuri sungai Kemuning, di sore atau pun pagi hari, sama menariknya.  Ada dua macam kehidupan yang berbeda yang bisa ditemui di waktu yang berbeda.  Pagi saat udara masih segar, kita bisa melihat warga yang masih beraktivitas.  Anak-anak yang sibuk di dekat belakang sekolah.  Atau anak sekolah yang lalu lalang diantar orangtuanya ke sekolah.  Motor-motor warga yang masih terparkir rapi. Â
Sementara saat sore hari pun, saat udara hangat, warga sudah ramai berkumpul dan bersantai. Lebih-lebih di sekitar kampung Pelangi, ada beberapa warung yang sengaja berjualana memeriahkan suasana sore hari di sekitar sungai Kemuning.