Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku "Assalamualaikum Tarim"

8 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 8 Februari 2024   15:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dokumen pribadi

Jalanan kota Tarim adalah guru bagi yang tak berguru
-Abdurrahman Assegaf-

Sesuai judulnya, buku bersampul warna biru karya Halimah Alaydrus ini bercerita tentang ketidaksengajaannya berkunjung ke Tarim, sebuah kota kecil di negeri Yaman.  Niat awal yang hanya menemani sang kakak menuntut ilmu ke sana, ternyata berujung jatuh cinta sejak awal waktu hadir di sana.  Tak cuma sekedar cinta dengan tempatnya,juga cinta dengan para guru, masyarakat, dan kehidupan di kota kecil itu.

Foto yang menjadi ilustrasi buku ini sendiri adalah menara masjid Al-Muhdhor, landmark kota Tarim.  Menara yang terbuat dari tanah liat yang usianya telah mencapai ratusan tahun.  Masjid tak sekedar simbol semata.  Melainkan kehidupan di kota tersebut memang berporos pada masjid. Pusat ibadah muslim, dan kehidupan di kota tersebut benar-benar berdasarkan tuntunan dalam agama Islam sesungguhnya.

Secara jumlah, kota berjulukan Tarim al-Ghanna yang luasnya 2.894 kilometer persegi itu memiliki 360 masjid.  Berdasarkan kisah Halimah Alaydrus, banyaknya jumlah masjid dikarenakan penduduk laki-lakinya memang sholat berjamaah di masjid, dan selalu senang datang di awal waktu.  Ibadah benar-benar merupakan bagian dari hidup keseharian penduduk di sana.

Buku yang tebalnya hanya 154 halaman ini, isinya tak hanya pengalaman menimba ilmu di sana, atau tentang ziarah ke makam wali atau kisah tentang beberapa masjid.  Lebih sekedar itu.  Kehidupan di Tarim itu sendiri merupakan daya tarik utama buku ini.

Utamanya tentang bagaimana penduduknya mengedepankan kejujuran.  Kisah Halimah saat meminta tolong seorang anak kecil untuk membelikan makanan di sebuah toko (karena di sana yang berdagang maupun pembeli biasanya hanya para lelaki), adalah salah satu momen yang mengharukan.  Walaupun ada kendala bahasa, tapi anak kecil itu membantu dengan ikhlas.  Tak mau diberi apapun sebagai imbalan untuk membantu.  Selain bekal kejujuran dan ditanamkan sejak kecil, dia bilang bahwa dengan membantu seorang perempuan, dia berkeyakinan dan berdoa suatu saat ibu maupun saudara perempuannya akan dibantu oleh siapapun saat memerlukan bantuan.  Sesederhana itu jalan pikiran penduduk di sana.

Karena kejujuran penduduknya pula. Penulis bercerita bahwa sepanjang hidupnya selama 4,5 tahun di sana, tak ada kejadian kejahatan yang terjadi.   Salahsatunya adalah penduduk berprinsip tak akan memakan apapun yang bukan hak mereka. Petuah baginda nabi Muhammad benar-benar dicamkan dan dipraktekkan oleh mereka.

Kembali ke cerita masjid, yang konon di sana keadaannya justru lebih bagus dari rumah warga.  Masjid di sana bisa dikatakan mandiri, dengan cara membangun sarana dan prasarana yang bisa menafkahi masjid itu sendiri.  Salahsatunya dengan cara membuat penginapan atau pertokoan yang disewakan.  Hasilnya untuk kemakmuran masjid itu sendiri, jadi tidak tergantung dari sumbangan.

Satu lagi kisah yang menarik dari buku itu, bahwa betapa warganya begitu menghargai tamu.   Bahkan yang baru datang di kota itu,akan mendapat sambutan yang hangat, bahkan teramat hangat dari penduduk sekitar. Bahkan mereka bersikap baik bagi warga yang berbeda keyakinan sekalipun, tanpa mengurangi kebaikan mereka.

Kota penuh kebaikan dalam buku itu, diceritakan dengan ringkas, padat dan menimbulkan keinginan dalam hati saya, bahwa nanti suatu saat jika memungkinkan akan mengunjungi tempat itu, dan merasakan atmosfer kebaikan berasaskan akhlakul karimah yang menyebar ke seluruh sudut kota itu.   Insya Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun