kepada Rindu,
Mendung yang ditahan langit sedari pagi dan mendadak luruh saat malam bahkan baru memulai gilirannya, adalah alam yang berusaha sabar menjaga siklusnya. Â Walaupun pepohonan dan rerumputan mungkin akan kuyup membeku menahan detik yang bergerak lambat menuju penanda pagi terbit di timur lagi.
"..waktu akan berpihak pada kita.." Â Begitu selalu yakin yang dirimu tanamkan di pualam pikiran, beraroma semerbak bunga liar di musim kemarau, tak henti menebar wangi kala teriknya merindukan hujan yang diyakininya akan datang.
Bukankah katamu, apapun akan menjelma nyata saat yakin mewujud, sebagaimana xilem yang tunduk pada kapilaritas yang mengikatnya. Â Begitu pun langkahku yang akan selalu mencari jalan untuk pulang, dan berteduh pada dirimu di ujung perjalanan yang jaraknya selalu tak pernah bisa terukur.
Jadi, teruslah ada, berapa banyak pun melewati batas hijau pancaroba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H