Sebenarnya hal itu sudah cukup saya sadari saat duduk menyantap durian, selain tangan sibuk menggenggam isi durian, juga tak henti berkelebatan memukul dan menghindari gangguan makhluk tak kenal takut itu. Â
Ssampai akhirnya, kira-kira sekitar tiga ratus meter dari kebun durian, memasuki wilayah hutan yang masih hijau dan lebat, tiba-tiba saja makhluk jelmaan vampir datang tanpa ampun dari segala arah, merubung dan menyerang badan dari ujung kepala sampai ujung kaki!
nyamuk hitam penghuni hutan.Â
Saat itulah saya yakin, yang namanya vampir itu bukanlah berbentuk kelelawar penghisap darah, tapi berupaGigitan mereka sampai bisa menembus jersey yang saya pakai pula. Â Berusaha bertahan sampai satu tanjakan, akhirnya saya menyerah, memutuskan balik arah sembari tunggang langgang melarikan sepeda sebisanya.
Serbuan makhluk berspecies  Aedes albopictus itu memang bukan main-main, memang biasanya serangannya pedas dan selalu dalam satu rombongan, tapi kali ini bisa dibilang mereka menyerang dengan rombongan maksimal, seperti menyerang bersama-sama dan kompak.Â
Lebih-lebih saya juga tak kepikiran membawa krim anti nyamuk. Â Mengoleskan dedaunan untuk sekedar menahan serangan nyamuk hutan itu pun tak mempan.
Perjalanan belum lagi separuhnya menuju puncak bukit, sebelum digagalkan gerombolan penghisap darah yang super ganas tersebut. Â
Sampai akhirnya melewati pondok yang ada ibu-ibu tadi, ditanya kenapa jadi cepat balik. Â Tentu saja mereka tertawa mendengar alasan dikerubungi makhluk kecil penghuni hutan sekitar bukit tersebut.
Baiklah, mungkin lain waktu saya akan menjajal jalan setapak itu lagi, dengan persiapan anti vampir eh anti nyamuk yang lebih mumpuni lagi tentu saja. Â Tolong doakan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H