Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kenangan Piskopyor di Warung Ijo Saat Ritual Pakeman

5 Desember 2023   14:15 Diperbarui: 5 Desember 2023   14:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piskopyor (sumber gambar: dokpri)

Sewaktu masih menjalani masa-masa indah berkuliah di Jogja, ada ritual yang sering saya lakukan di akhir pekan, paling sering adalah di hari Sabtu, yang tentu saja tak seramai hari Minggu saat bersepeda di jalanan.  Ritual itu kami-- saya dan teman-teman persepedaan-- menyebutnya Pakeman, yang merujuk pada satu titik tempat di utara sudut Jogja, yaitu sebuah Kecamatan di tengah-tengah rute jalan Kaliurang.  Jadi bersepeda ke arah Pakem itulah yang disebut dengan Pakeman.

Destinasi utama sekaligus tempat kumpul-kumpul para pesepeda adalah sebuah warung sederhana yang menjual jajanan pasar yang bernama Warung Ijo.  Warung Ijo yang sekarang adalah pindahan sekitar 300 meter ke barat dari titik sebelumnya.  Posisi persisnya bisa diliat di google map, ancer-ancernya adalah sebelah barat pertigaan setelah Rumah Sakit Panti Nugroho.

Saya sempat berkata pada kawan-kawan pesepeda, bahwa Pakeman itu terdiri dari 4 perkara: sepedaan, ngobrol sama teman-teman di warung Ijo, menikmati piskopyor & mampir trus foto2 di jembatan lejen.   Perihal jembatan lejen ini mungkin akan dibahas di kemudian hari.

detail piskopyor (sumber gambar: dokpri)
detail piskopyor (sumber gambar: dokpri)

Piskopyor salah satu bagian dari ritual Pakeman tersebut, sebuah mahakarya makanan yang rasa enaknya berlipat saat disantap setelah bersepeda menanjak dengan elevasi yang cukup bikin keringatan.  Piskopyor yang ada tersedia di situ bermerk "Piskopyor Mbak YUNI". Makanan dengan bungkus daun pisang yang khas, isinya  isinya pisang, kopyor, roti, semacam bubur sagu, yang berpadu dalam hangatnya dalam air santan encer. Sangat pas dan sedap untuk sarapan, harganya pun cuma 3 ribu rupiah saja satu bungkusnya. 

Piskopyor Mbak Yuni (sumber gambar : dokpri)
Piskopyor Mbak Yuni (sumber gambar : dokpri)

Piskopyor yang merupakan akronim dari pisang kopyor ini kata beberapa teman mirip-mirip sama makanan tradisional lainnya yang bernama carang gesing, walau secara tekstur dan penampakannya berbeda, terutama pada air santan encer gurih yang hanya ada pada bungkus piskopyor.

Sedihnya, ritual Pakeman saya itu akhirnya tinggal cerita yang tak lagi utuh.   Itu dikarenakan produsen Piskopyor cap Mba Yuni tersebut konon tak produksi lagi, kalau tidak salah alasannya karena juragannya pindah domisili.  Untungnya keadaan itu terjadi beberapa saat setelah saya menuntaskan kuliah yang cukup lama di Jogja.

Saat ini, tiba-tiba saja saya merindukan makanan sederhana tersebut, merindukan kala pagi hari yang kudu mancal sepeda lebih cepat karena takut kehabisan jatah piskopyor hangat, itu dikarenakan kuotanya terbatas dan selalu habis menjelang jam tujuh pagi.  Tentu saja saya juga merindukan masa-masa menikmati tanjakan menuju Pakem, ngobrol gayeng di Warung Ijo.  

Rupanya dari sebungkus piskopyor, bisa mengantarkan pikiran ke masa-masa sata hidup di Jogja, denga  segala lika-liku perjalanannya, persis saat menyusuri jalan Kaliurang menuju Pakem dan memutari Grhasia untuk melewati jembatan lejen sebelum kembali ke arah selatan, kembali ke kota Jogja.

 jembatan lejen (sumber gambar: dokpri)
 jembatan lejen (sumber gambar: dokpri)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun