".. ada ngga sih yang lebih megah dibanding cinta?"
Entah itu pertanyaan, atau pernyataan yang terlontar dari dirimu, saat malam mulai turun di kotamu, tentang sudut-sudut yang tak bosan-bosan kau ceritakan, juga tentang hal-hal remeh-temeh yang bahkan tak pernah terpikirkan olehku, seperti detil tentang soto di warung tua di sudut kota yang sempat terlewati oleh kita sebelum akhirnya memutar balik cukup jauh dan berliku..
"ada" jawabku, singkat.
"apa?" tanyamu kemudian.
"kita.." sahutku cepat, dan satu kata itu sudah cukup membuat seakan-akan langit kota dipenuhi letupan kembang api seperti di malam tahun baru, yang pernah kau abadikan saat melewatinya entah di tahun berapa.
"..kamu tidak bosan?", katamu kemudian
".. akan apa?"Â aku bertanya balik, sedikit mengira-ngira arah pertanyaanmu..
".. setiap waktu, bersama aku.."
" Â tidak pernah, tidak akan.."
Seperti halnya aku yang tak akan pernah bosan menuliskan apapun tentangmu, tentang kejutan-kejutan dari dirimu yang tak pernah habis, tak pernah akan habis-habis, mungkin itu yang kamu sebut dengan kata megah. Â Â Seperti kembang api yang terus menerus tak henti-henti hadir di atas langit, atau mungkin, seperti fotosfer yang terus berpijar pada angkasa sepanjang waktu, sepanjang hayat semesta ada..