.. you had to kill the conversation
you always had the upper hand
got caught in love and stepped in sinking sand..-FM-
.. sepotong lagu klasik dari vokalis sang ratu itu mengalun pelan, di tengah padatnya timur kota, yang selalu kamu yakinkan bahwa ruas-ruas jalanan yang ada tidaklah sepadat di bagian kota yang lain, dan cukup teduh, menenangkan siang yang cukup hangat-- hal yang selalu aku yakinkan padamu, bahwa ada belahan bumi lain yang panasnya jauh lebih membakar dari terik di tempatmu..
hari kedua atau ketiga dari awal minggu, adalah saatnya memuaikan jarak, hal yang tak pernah kita suka -- "walau akan ada rindu, selalu terasa menyebalkan, karena harus menghitung dimensi demi dimensi.." katamu selalu, dengan nada merajuk, sembari kembali melekatkan telapak tangan kananmu pada kanan kiriku saat terbebas dari perpindahan kecepatan di jalan..
"kamu, cuma untuk aku, bukan?" -- pertanyaanmu yang tak pernah bosan kau lontarkan
"iya, untukmu.." jawabku singkat.
"..seberapa banyak?" kejarmu kemudian
".. penuh, sepenuh-penuhnya lautan yang terdalam.." kata metaforaku, baru kamu akan tersenyum, menebar tatapmu sembari mengeratkan hangat telapak tanganmu..
kemudian, rencana demi rencana dan cerita demi cerita teruraikan dengan tenang olehmu, sekan-akan tiada hari esok, tak pernah ada hari esok, hanya ada hari ini, dan jalanan, langit, pepohonan, udara dan waktu akan kita kuasai selalu berdua..
..so, love me like there's no tomorrow
hold me in your arms, tell me you mean it..