Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pohon Pisang sebagai Bagian Budaya dan Kesehatan

2 Juli 2023   09:26 Diperbarui: 2 Juli 2023   09:31 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: plimbi.com

Pisang yang bernama latin Musa paradisiaca sebenarnya adalah tumbuhan berbiji tunggal yang tak pantas disebut sebagai pohon, karena tidak memiliki bagian berkayu, batangnya hanyalah terdiri dari lapisan-lapisan pelepah yang lunak dan berair, tak heran sewaktu kecil seringkali jadi sasaran latihan tinju amatir bagi anak-anak kampung.

Selain sebagai penggandi sandsack tinju, sewaktu kecil batang-batang pisang sering kami jadikan rakit untuk dilabuh dan dimainkan di sungai yang memanjang di kampung.  Beberapa batang pohon pisang ditebang dan disusun lalu disatukan dengan bilah kayu dan diikat sampai kuat. Permainan langka yang sekarang sudah tak terlihat lagi, hal tersebut dikarenakan sekarang sungai tempat bermain tak lagi mengalir dan sejernih dulu lagi.

Sebagai bagian budaya lainnya,  saat melakukan prosesi lamaran, pihak calon pengantin lelaki selain menyiapkan segala tetek bengek peralatan rumah tangga dan sehari-hari sebagai hantaran, juga diselipkan seruas anak pisang.  Mungkin mirip seperti ritual di Jawa yang justru menyertakan sesisir pisang raja sebagai lambang kebesaran, kemanisan, kebahagiaan, dan harapan yang baik. 

Pemberian anak pisang sebagai bagian dari hantaran lamaran malah maknanya lebih dalam, yaitu terkait kesuburan dan kesinambungan, soalnya pisang memang dikenal bisa tumbuh subur dan bisa terus hidup berkelanjutan di manapun, seperti harapan akan kehidupan dua orang beda dunia yang sebentar lagi mengikat hidupnya dalam pernikahan.

Terkait kesehatan, utamanya adalah sebagai obat luka, pucuk daun pisang sudah tersohor sebagai pengikat luka yang sangat efektif.  Saya sendiri beberapa kali menggunakan pucuk pisang untuk menghentikan pendarahan akibat luka oleh benda tajam ataupun hal lainnya, terakhir kali menggunakannya adalah saat terjatuh dari sepeda gara-gara tak sempat melepas sepatu cleat dari pedal.

Pucuk pisang cukup dikunyah saja, hasil kunyahannya dibalurkan saja pada luka yang terbuka, tunggu saja beberapa menit, pendarahan akan berhenti dari titik luka secara perlahan.

Kemudian jika suatu saat kalian ke Jogja, cobalah sesekali ke arah Kaliurang, nanti di pertigaan Pakem kalian belok kiri dan beberapa ratus meter dari situ di selatan jalan ada sebuah warung yang bernama Warung Ijo.  Hari sabtu dan minggu seringkali banyak pesepeda mampir dan ngobrol di warung itu.  Salah satu menu yang tak pernah absen disajikan di situ adalah pisang rebus.  Iya makanan sederhana yang selalu digemari oleh pengunjungnya yang rata-rata adalah pesepeda saat pagi hari.

Selain itu, pada even sepedaan jarak jauh, seringkali pisang adalah salah satu menu wajib yang disajikan di titik-titik perhentian.  Ternyata pisang selain mengandung banyak serat dan mudah dicerna, juga mengandung potassium dan vitamin B6.  Potassium berguna untuk membantu sistem saraf berfungsi normal, membantu fungsi otot normal, dan membantu menjaga tekanan darah yang sehat, sedangkan vitamin B6 membantu mengurangi kelelahan dan kelelahan serta mendukung sistem kekebalan tubuh.

Itulah mungkin beberapa kelebihan pisang yang beruntungnya dengan mudah kita temui di negeri tropis ini, dengan bermacam varietas dan ragamnya.  Saya menyadari hal tersebut saat menonton channel youtube Hari Jisun yang berasal dari Korea, betapa dia menceritakan betapa susahnya menemukan buah pisang di negerinya, kalaupun ada harganya sangat mahal dan jenis yang tersedia pun rasanya kurang enak.

Siapa menyangka bahwa pisang goreng, makanan yang sejatinya murah meriah dan mudah ditemukan di warung manapun setiap harinya, ternyata adalah barang mahal dan mewah di negeri lain, terutama di negeri empat musim.  Beruntunglah kita hidup di nengeri yang kaya raya ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun