Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hasil Bacaan

21 Juni 2023   14:52 Diperbarui: 21 Juni 2023   14:55 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: en.m.wiktionary.org

Kebetulan saat sedang sebuah pelatihan, diminta untuk membaca materi yang luar biasa banyak.  Diberi waktu hanya selama dua minggu untuk mencermati belasan modul bahan pembelajaran yang kalau ditotal mungkin sekitar seribu halaman lebih.

Waktu yang sesingkat itu, tentu saja tidak bisa optimal kalau dibaca dengan detil sedetilnya, karena satu modul rata-rata berkisar antara 50-200-an halaman.  Beberapa kawan satu angkatan pun ada yang mengeluhkan banyaknya materi yang harus dipelajar.

Padahal sesuai keperluan ada beberapa teknik membaca, yang umum diketahui adalah scanning, skimming, intensif dan ekstensif.  Tergantung jenis bahan yang dibaca dan alokasi waktu yang dimiliki.

Kalau terkait dengan bahan bacaan materi pelatihan tersebut, tentu saja tak cukup waktu untuk gaya membaca ekstensif dan intensit, yang harus dipahami kalimat demi kalimat, itu pun kalau membaca sendiri tanpa pemandu sering menjadikan beda pemaknaan.  Makanya untuk materi tersebut lebih ngebut membaca pakai teknik skimming,  membaca cepat dengan memperhatikan poin-poin pentingnya.

Tentunya nanti hasil bacaan materi akan dijelaskan lebih lanjut oleh pengajar yang menerangkan lebih lanjut poin-poin pada modul dengan lebih detil, tentu saja biasanya disertai contoh dan makna dari isi materi.  Misal tentang inovasi, tentu saja akan lebih dijelaskan bagaimana langkah demi langkah dan implementasinya dalam pekerjaan.

Jadi, ada yang membimbing bahan bacaan yang diserap otak, agar pemaknaan tepat sasaran.

Sekolah pun begitu, selain punya buku teks, tentu perlu penjelasan dari guru yang telah mengerti isi dari bahan pelajaran yang disampaikan di depan kelas.  Soalnya kadang logika murid tak berkesesuaian dengan inti dari materi pelajaran.  Semisal matematika atau fisika yang kebanyakan berisikan rumus-rumus yang bikin ruwet, tanpa ada bimbingan dari guru, bisa jadi otak malah jadi stuck dan sesat fikir.

Untuk materi-materi pelajaran yang perlu waktu lama untuk memahaminya tersebut, tentu saja perlu cara membaca yang intensif, tidak bisa cuma bisa dibaca hanya sekilas, sepotong-sepotong karena sistematika sebuah buku biasanya runut dan saling keterkaitan anatra satu materi dan materi lainnya.  Itu pun sekali lagi wajib memperhatikan penjelasan dari guru, tidak memaknai semena-mena sesuai logika yang sempit.

Nah, apalagi memaknai kitab suci, terkait keyakinan dan pedoman hidup manusia, tak bisa dimaknai secara parsial, dan tak bisa memaknainya sendiri.  Lebih-lebih memaknai Al Qur'an, ada kaidah dan adab yang harus dijaga, dan tentu saja harus belajar dengan guru yang mempunyai ilmu yang baik.  Memaknai ayat-ayat suci sendirian bisa berakibat fatal.

Allah SWT berfirman:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun