Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejanggalan di (Pesantren) Al Zaytun

20 Juni 2023   23:01 Diperbarui: 20 Juni 2023   23:07 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini muncul keramaian seputar sebuah insitusi yang menamakan dirinya Ma'had Al-Zaytun atau Pondok Pesantren Al-Zaytun adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di desa Mekarjaya, kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, provinsi Jawa Barat.

Tapi banyak kejanggalan di institusi tersebut, terutama ajaran dan ucapan kontroversial yang justru diperlihatkan oleh Pimpinannya, yang paling mengenaskan tentu saja nyanyian yang jauh dari kesan Islami, kemudian kejadian beberapa hari yang lalu, dimana Panji Gumilang dengan gamblangnya menyiapkan beberapa ekor anjing dan Pasukan Herder untuk menghadapi pendemo.

Padahal sudah jelas ludah anjing bagaimanapun adalah najis secara akidah, apalagi tak elok rasanya berada di lingkungan pesantren, bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman.  Mungkin tak masalah seandainya binatang tersebut berada di tempat lain, tapi ini malah menodai lingkungan yang seharusnya bersih.

Tadi siang karena penasaran, saya menonton rekaman sewaktu sholat Jum'at.  Selain memperlihatkan shaf yang jarang, hadir pula wanita dan sejajar pula dengan lelaki.  Ini bukanlah masalah emansipasi atau apapun, tapi sudah melenceng dari adab dan tata cara sholat berjamaah.

Dalam islam, dasar kehidupan yang dipakai adalah Al Qur'an dan Hadits.  Salah satunya adalah dari Thariq bin Syihab, Rasulullah SAW bersabda: "Sholat Jumat itu dilaksanakan secara jamaah dan wajib hukumnya bagi seorang muslim selain hamba sahaya, perempuan, anak-anak, atau orang yang sakit," (HR Abu Dawud)

Belum lagi terkait adzan, adab muazin adalah menghadap kiblat, dan "Dianjurkan memasukkan dua anak jari ke telinga. Hal ini sebagaimana pengakuan Bilal bin Rabah sendiri ketika mengumandangkan azan. (HR. Abu Dawud)."  Bukannya menggunakan gerakan-gerakan sendiri dan menghadap ke arah jamaah sholat.

Rasanya cukup dua hal tersebut untuk menyimpulkan kalau ada kesalahan yang terjadi di dalam Al Zaytun, entah apa saja ajaran yang disampaikan di dalam tembok mereke yang sepertinya begitu eksklusif.  Smoga saja tim investigasi dari Provinsi Jawa Barat bisa memberi kepastian akan hal yang sebenarnya terjadi, jangan sampai terus menerus menyebabkan keresahan di masyarakat hanya karena ada segelintir orang yang berusaha mencampur adukkan hal-hal tak penting untuk merusak akidah dan melenceng dari ajaran yang seharusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun