Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sekilas Satu Bandarlampung

4 Februari 2023   08:49 Diperbarui: 4 Februari 2023   08:51 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya bingung memasukkan tulisan ini dalam kategori apa, baiknya dimasukan dalam kategori buku saja, karena isinya adalah tentang fiksi favorit saya, serial bikinan bubin LantanG yang dulu sempat dimuat secara bersambung di tahun 1997 di majalah Hai, dan tak sempat dibukukan.

Iya, setelah menulis tentang serial di majalah Hai yang tak sempat dibukukan kemarin itu, akhirnya saya membuka-buka arsip dan sukurnya ketemu lagi dengan arsip tulisan bubin yaitu serial berjudul satu Bandarlampung dalam bentuk file .jpg.  Saya sendiri benar-benar lupa siapa yang dulu berbaik hati mengirimkan koleksinya tersebut.  Cuma saya ingat dia adalah salahsatu anggota grup penggemar bubin LantanG di facebook.  Iya sampai sekarang masih banyak fans karya bubin yang tak pernah mau move on dengan idolanya tersebut.

Seperti kisah-kisah bubin yang lain, sesuai judulnya mengambil latar belakang kota Bandar Lampung yang merupakan tanah kelahirannya, kota yang juga sudah pernah saya sambangi beberapa tahun silam.  Kisahnya berisi idealisme dan harga diri, dendam, kekeraskepalaan terhadap hidup, persahabatan dan tentu saja wanita yang tak pernah terlupakan.

Alur kisahnya adalah tentang Merah (tokoh yang mirip namanya di karya bubin lainnya yang jadi buku: Kisah Langit Merah), pemuda kelas 3 SMA yang memutuskan kembali pulang kampung ke Lampung setelah bertahun-tahun sekolah di Jakarta akibat trauma yang dialaminya setelah pertarungan di akhir SMP.

Di tengah perjalanan di atas fery penyeberangan, secara tak sengaja bertemu dengan pemuda lain yang bernama Fey, pemuda gondrong yang sama-sama naik motor, motor Merah sendiri dinamakan macan, pasti itu nama lain untuk motor Tiger, motor keren di saat itu, yang juga masih menjadi obsesi saya untuk memilikinya sampai sekarang.

Tak perlu waktu lama untuk kedua anak muda itu untuk akrab hingga akhirnya bertemu masalah saat tak sengaja pula bertemu dengan berandal yang membuat Merah trauma di masa lalunya, bagaimana tidak trauma jika kepala nyaris penggal akibat sabetan samurai.  

Sampai akhirnya kedua pemuda itu membuat perhitungan, membalas dendam dengan kesewenangan musuh lama yang mengandalkan kekuasaan bapaknya untuk menindas siapapun yang dianggap tidak sejalan, tapi dia lupa kalimat bahwa masih ada langit di atas langit.  Kalimat yang dijadikan salah satu judul dalam serial ini, yang juga salah satu bagian favorit saya.

Jadi begitulah, namanya serial bisa dibaca dari bagian manapun tanpa terganggu dengan alur ceritanya, walau ada timelline  juga yang berujung pada ending yang ciri khasnya bubin adalah jarang berakhir bahagia, realistis dan terkadang tragis dan memang begitulah seharusnya sebuah cerita.

Membaca kembali serial Satu Bandarlampung menjadikan saya rindu untuk kembali menjejakkan kaki ke kota sederhana yang sekarang mulai rajin macet di beberapa titik itu, tapi itulah.  Belitong boleh terkenal dengan Ikal dan Laskar Pelanginya, Bandung boleh saja ngetop dengan Dilan dan Milenya, Jogja juga boleh terkenal dengan elegi para mantannya, tapi Bandalampung tetap akan abadi dengan jejak-jejak bubin LantanG selamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun