Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Serial Bagus di Majalah Hai Yang Tak Sempat Dibukukan

1 Februari 2023   05:39 Diperbarui: 1 Februari 2023   05:45 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampul belakang Jejak-Jejak | dokpri

Majalah Hai adalah salah satu terbitan Gramedia yang sudah tak terbit lagi sejak Juni 2017 setelah beredar selama kurang lebih 40 tahun.  Masa-masa paling keren dari majalah yang pangsa pasarnya adalah remaja pria itu adalah di era 90-an.  Saat itu sering tayang cerita pendek, cerita bersambung maupun serial yang bagus-bagus.  Beberapa dari cerita-cerita tersebut dibukukan dan tentu saja laris karena kisah-kisah yang bisa masuk ke majalah itu bisa dibilang pilihan dan menyesuaikan dengan kondisi remaja yang sedang tumbuh dengan idealisme dan pemberontakannya, juga dengan kisah-kisah cinta yang seringkali tak biasa.

Serial Lupus karya Hilman, Balada si Roy-nya Gola Gong yang akhirnya dijadikan film, dan tentu saja penulis favorit saya bubin LantanG yang terkenal dengan seria Anak-anak Mama Alin-nya.  Tiga penulis itu yang beberapa kali karyanya diterbitkan menjadi buku, sesuai dengan motto Hai saat itu, bahwa itu tradisi mereka, memberikan penghargaan pada penulis-penulis berbakat dengan cara mengabadikan karya mereka dalam bentuk buku.

Hal tersebut juga akhirnya diikuti oleh majalah lain, seperti kisah Olga Sepatu Roda karya Zarra Zettira ZR yang sebelumnya terbit secara berkala di majalah Mode, majalah yang segmennya adalah remaja putri saat itu.

Namun tak semua kisah-kisah bagus yang ada di majalah itu dijadikan buku dan akhirnya tenggelam begitu saja, karena selain begitu sulit mencari arsip Hai di masa lampau, juga tak lagi diterbitkan ulang dalam bentuk majalah elektronik, smoga suatu saat nanti ada keinginan dari pihak Gramedia untuk mendigitalisasi majalah-majalah lama mereka.

Hal tersebut yang menjadikan saya seringkali rajin menyambangi kios-kios majalah bekas untuk berburu majalah Hai lama, sekedar untuk membaca ulang cerita-cerita yang tetap saja abadi bagusnya.  Bubin Lantang sendiri misalnya, termasuk produktif membuat serial ataupun cerita bersambung di Hai, ada salah satu cerbungnya yang menjadi favorit saya, yaitu Satu Bandarlampung, yang tak diterbitkan menjadi buku, selain beberapa cerita lainnya.  Untungnya ada kawan yang rajin mengabadikan karyanya itu, walau dalam bentuk foto dari koleksi majalah lamanya.

Ada lagi satu serial yang juga menjadi favorit saya, yang penulisnya bahkan banyak yang sudah tidak tahu lagi.  Serial Micha Keke dan Jalu (MKJ) namanya, penulisnya adalah Ukirsari.  Gaya menulisnya bagus, mengalir dan menenangkan.  Serial MKJ sendiri sesuai judulnya adalah berkisah tentang persahabatan tiga anak muda selama sekolah.  Jarang-jarang ada kisah yang membuat saya senang sekaligus penasaran sampai saat ini. Semoga suatu saat serial ini akhirnya dibukukan juga.  Ukirsari sendiri sekarang menjadi penulis lepas di beberapa majalah, terakhir kali saya membaca tulisannya di majalah NatGeo Traveller dan majalah di penerbangan Lion Air, itu pun telah lama sekali

dokpri.
dokpri.

Sekarang, tak ada lagi majalah cetak yang menampung kisah-kisah bagus dari para penulis berbakat, apalagi yang akhirnya dibukukan, majalah Hai sendiri sebelum tutup, malah sangat jarang memberikan ruang untuk rubrik fiksi karena lebih mengedepankan hal-hal lain yang tak lagi menarik untuk diikuti.

Jadi begitulah, sedikit nostalgia dengan salah satu sumber bacaan di masa lalu, yang seringnya saya baca gratisan di perpustakaan daerah yang berjarak sekitar 4 km dari rumah, dulu perpustakaan itu yang berlangganan dan rajin mengarsipkan majalah Hai.  Untuk membeli sendiri majalah tersebut sangat tidak mungkin karena harga majalah waktu dulu cukup mahal untuk saya.  Semoga saja mimpi untuk kembali melihat karya-karya lama yang dulu sempat diterbitkan Hai dibukukan bisa terwujud. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun