Kalau tips ataupun trik cara sukses beternak apapun rasanya sudah jamak, saya sengaja membuat tulisan ini agar siapapun yang berminat untuk berbisnis atau bikin usaha di bidang peternakan, khususnya ayam, agar tidak mengalami hal yang tidak dikehendaki oleh siapapun, yaitu merugi.
Sebenarnya ini kejadian lama, sewaktu saya bersekolah di sekolah kejuruan dulu di jurusan peternakan. Â Sekolah yang awalnya tidak saya minati sama sekali bahkan nama sekolah peternakan pun baru saya tahu saat diminta orangtua untuk mendaftar sekolah di situ, intuisi abah lah yang mengakibatkan saya manut dan akhirnya menimba ilmu di sana. Â Mungkin masalah jurusan sekolah yang tak sesuai dengan kehendak dan minat ini akan dibahas lain kali. Â Kali ini fokus pada persoalan ternak ayam saja.
Jadi dulu itu sesuai kurikulum sekolah, siswa di awal kelas dua alias semester tiga, diwajibkan untuk membikin kelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang, dan diwajibkan untuk melakukan praktek manajemen ternak secara keseluruhan, dari perencanaan sampai evaluasi hasil praktek. Â Soal hewan yang akan diternakkan itu berdasarkan kesepakatan kelompok. Â Kebetulan ayam broiler alis pedagingadalah jenis ternak yang memungkinkan untuk dilakukan dan biaya pemeliharaannya tak sebesar ternak lainnya semisal ayam petelur, kambing apalagi sapi. Â
Pertimbangan lainnya adalah lama pemeliharaan hewan ternak dari DOC (day old chicken) alias ayam usia sehari sampai nantinya panen di usia sekitar satu bulan. Kemudian juga kebetulan fasilitas kandang di lahan praktek sekolah juga memungkinkan untuk dipinjam pakai selama praktek pemeliharaan dengan sistem litter, yaitu menggunakan sekam sebagai alas di atas lantai tanah.
Setelah urunan biaya pemeliharaan untuk seratus ekor ayam, akhirnya DOC pun datang di malam hari, sebelumnya kandang untuk ternak sudah didesinfektan tentu saja, biar terbebas dari hama penyakit. Â Anak ayam yang datang langsung divaksin, saya lupa via tetes mata atau lewat air minum, atau malah DOC yang telah dibeli sudah divaksin semenjak dari perusahaan bibit. Â Pokoknya vaksin adalah hal terpenting yang dilakukan setelah desinfektan kandang biar kesehatan ayam terjaga.
Sampai tahap ini bibit ayam kelompok kami masih aman, pemberian pemanas untuk ayam pun dijaga biar tetap hangat. Â Memang anak-anak ayam itu manja, karena selain bukan ayam kampung, mereka toh tak punya induk, jadi kasihan juga, makanya kehangatan kandang harus stabil, pemanasan dilakukan dengan memberikan penerangan dengan bohlam lampu.
Makan dan minum untuk anak ayam diberikan secara adlibitum, alias kudu tersedia terus, jangan sampai habis, jangan pula sampai dirubung semut ataupun binatang lainnya, harus dijaga agar berat badan dan kesehatan mereka stabil. Â DI air minumnya pun dikasih vitamin sebagai penguat.
Secara berkala anak ayam divaksin lagi, Â yang diberikan adalah vaksin ND alias newcastle disease atau yang biasa disebut dengan tetelo. Â Tetelo adalah salah satu penyakit yang mematikan bagi ayam, apalagi ayam pedaging sangat rentan terkena penyakit, daya tahan tubuhnya tak sekuat ayam kampung memang.
Secara bertahap pemberian pakan ayam ditambah sesuai dengan perkembangan berat badannya yang harus ditimbang secara berkala, berat badan adalah salah satu indikasi kesehatan ayam-ayam. Â Sampai menjelang satu bulan masih tidak ada masalah terkait pemeliharaan ayam broiler kelompok kami.
Sampai pada saat kira-kira usia ke 25 kalau tidak salah, kelompok lain yang memelihara ayam di kandang samping kandang kami memutuskan untuk menghentikan pemeliharaan ternak ayamnya dan menjual hasil ternak mereka alias panen, kebetulan saat itu harga ayam potong sedang cukup tinggi. Â Kebetulan kelompok lain itu dipimpin oleh kawan kami yang memang sudah berpengalaman dengan ternak ayam karena memiliki peternakan sendiri di rumahnya.