Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Apa Bagusnya Film The Big 4?

20 Januari 2023   17:05 Diperbarui: 20 Januari 2023   17:22 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menonton film ini karena beberapa waktu lalu sempat ramai di internet, katanya bagus.  Saya tengok sejenak katanya genrenya komedi. Sutradaranya ternyata juga cukup ternama, tapi saya belum kenal karya-karyanya.  Pemain-pemainnya yang nyangkut di pikiran saya cuma Abimana dan Arie Kriting. Sedangkan judul sendiri malah sama persis dengan judul salah satu novel karya Agatha Christie.

Maka tanpa ekspektasi apa-apa saya pun mencoba menontonnya, dan sudah dua kali jeda, ternyata film ini belum nyambung juga dengan alam pikiran saya.  Entah masuk genre komedi apaan ini film, nyatanya penuh tembak-tembakan dan perkelahian berdarah-darah yang dibikin senyata mungkin, hingga banyak 'darah' mengucur, muncrat, meleleh dan nyiprat kemana-mana dan dimana-mana.

Bagi saya ini bukannya komedi, jatuhnya malah horror.  Mungkin nyali saja belum kuat untuk menonton film semacam ini, bagi yang suka menganggap darah adalah hiburan mungkin ini adalah cocok.  Tapi ya tidak begitu juga, saya cukup menikmati kok film Jigsaw dan John Wick yang berdarah-darah dan terlihat sangat nyata.  Apa mungkin memang komedi absurd itu saja yang masih tak bisa saya pahami.

Sungguh, ini sudah dua kali jeda menontonnya.  Ungkapan kasar semacam mengumpat dengan nama binatang yang menggonggong, nama kotoran dengan lepas tanpa beban itu juga sangat mengganggu kuping, rasanya kasar tapi dipaksakan. Duh, mas Abimana juga kurang cocok berucap kotor semacam itu.

Alur ceritanya sendiri, nah saya sendiri kurang mengingatnya.  Intinya Abimana yang berperan sebagai Topan, dituduh membunuh ayah angkatnya yang sebenarnya juga pembunuh.  Kemudian menyepi ke sebuah penginapan di sebuah tempat, kemudian dikejar-kejar oleh gerombolan bersenjata lengkap dan berseragam layaknya tim khusus penyerbu.

Tak cuma senjata laras panjang dipertontonkan, ada belati, pistol, panah juga bazoka dipergunakan sebagai peralatan untuk perang-perangan yang entah kenapa juga memunculkan mobil eh apa namanya kendaraan beroda tiga yang biasa dipakai untuk mengangkut sampah itu.  Mungkin lucu bagi sebagian orang, tapi lagi-lagi susah untuk tertawa.

Mungkin bagi pencinta genre film komedi-laga absurd, akan terhibur menonton film ini.  Alur kisahnya sebenarnya cukup rapi, spesial efeknya cukup keren, pengambilan gambarnya bagus, cuma sayang saja lokasinya yang ceritanya di tengah hutan tapi aspalnya sangat halus dengan penanda garis putus-putus yang bagus itu cukup mengganggu.

Intinya untuk yang menikmati aksi tembak-tembakan berdarah-darah dengan unsur kelucuan yang tidak biasanya, sepertinya bakal terhibur dengan film ini.  Terkecuali saya, belum cukup menikmati film ini, entah nanti.  Kalau saya lanjutkan lagi setelah di pause di jeda kedua.  Soalnya penasaran juga dengan aksi mas Abimana dan mba Putri Marino.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun